Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Renungan Harian Kristen

Obor Pemuda GMIM, Renungan 19 November 2025, Mazmur 46:5-6, Kota Allah Kediaman yang Mahatinggi

Obor pemuda GMIM, renungan Rabu 19 November 2025. Pembacaan alkitab terdapat pada Mazmur 46:5-6.

Editor: Chintya Rantung
Chintya Rantung/Tribun Manado
OBOR PEMUDA GMIM - Renungan Rabu 19 November 2025. Pembacaan alkitab terdapat pada Mazmur 46:5-6. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Obor pemuda GMIM, renungan Rabu 19 November 2025.

Pembacaan alkitab terdapat pada Mazmur 46:5-6.

Tema perenungan adalah Kota Allah Kediaman yang Mahatinggi.

Khotbah:

Ada beberapa kota besar di dunia tumbuh di tepi sungai besar: Kairo dengan Sungai Nil, Paris dengan Sungai Seine, London dengan Sungai Thames.

Sungai membuat kota hidup, ada air, ada makanan, ada perdagangan, ada pertahanan.

Tetapi uniknya, Yerusalem, kota Allah dalam Mazmur 46, tidak punya sungai besar. 

Lalu, mengapa pemazmur berkata ‘ada aliran sungai yang menyukakan kota Allah?

Karena sungai yang dimaksud bukan air biasa, melainkan hadirat Allah sendiri yang menjadi sumber sukacita, kekuatan, dan kehidupan umat-Nya.

Sobat obor, Mazmur 46:5–6 menegaskan, “Kota Allah kediaman Yang Mahatinggi disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya, menjelang pagi.”

Gambaran kota Allah di sini menunjuk pada Yerusalem sebagai simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Dalam konteks dunia kuno, kota yang memiliki sungai besar dianggap aman, subur, dan terjamin kehidupannya.

Namun menariknya, Yerusalem secara geografis tidak memiliki sungai besar; ini berarti aliran sungai yang disebutkan bersifat simbolis, menunjuk pada hadirat Allah sendiri yang menjadi sumber sukacita dan kehidupan bagi umat-Nya (bdk. Yeh. 47:1–12; Why. 22:1).

Secara biblis, janji “Allah ada di dalamnya” mengingatkan bahwa keamanan umat Allah tidak terletak pada kekuatan militer atau kondisi politik, melainkan pada kehadiran Allah yang berdiam bersama mereka.

Frasa “tidak akan goncang” menegaskan kekuatan rohani umat Allah meskipun bangsa-bangsa bergelora (ay. 7), kekuatan ini lahir dari fondasi iman bahwa Allah adalah penopang yang tidak tergoyahkan.

Sobat obor, renungan ini memotivasi bahwa kekuatan kota Allah (umat- Nya) bukan terletak pada benteng fisik atau kehebatan manusia, melainkan pada hadirat Allah di tengah-tengahnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved