Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Psikologi

Kenali 5 Kesalahan Suami yang Potensi Hancurkan Pernikahan, Termasuk Tidak Berempati

Rusaknya hubungan rumah tangga bisa berawal dari kedua belah pihak. Bisa juga berawal dari salah satunya.

Editor: Rizali Posumah
Gemini AI
ILUSTRASI - Ilustrasi suami istri yang saling cuek dan tak peduli satu sama lain. Gambar dibuat oleh Gemini AI pada Senin 6 Oktober 2025. 

Namun, setelah menikah, sebagian suami mulai abai dan menganggap kehadiran istri sebagai sesuatu yang “sudah seharusnya”. Sikap ini bisa melukai perasaan perempuan, yang sering merasa tidak lagi dihargai atau dicintai seperti dulu.

Padahal, rasa cinta dalam pernikahan harus diperbarui setiap hari lewat tindakan kecil—mulai dari ucapan terima kasih, perhatian, hingga waktu berkualitas bersama. Jika hal sederhana seperti ini diabaikan, hubungan bisa kehilangan keintiman dan kedekatan emosional yang dulu membuatnya kuat.

Enggan Membantu dalam Urusan Rumah Tangga

Sampai hari ini, masih banyak suami yang beranggapan bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab istri sepenuhnya. Padahal, konsep ini sudah usang dan tidak relevan dalam pernikahan modern.

Ketika suami tidak mau terlibat dalam mengurus rumah atau anak, beban emosional dan fisik akan menumpuk di pihak istri. Akibatnya, rasa lelah berubah menjadi frustrasi, dan frustrasi menjadi jarak emosional.

Membantu pekerjaan rumah bukan hanya soal “membantu istri”, tapi bentuk kerja sama sebagai tim. Dalam pernikahan yang sehat, kedua pihak saling menopang, bukan satu pihak bekerja keras sementara yang lain berdiam diri.

Membiarkan Orang Lain Terlalu Banyak Campur Tangan

Salah satu kesalahan fatal yang sering menghancurkan pernikahan adalah membiarkan pihak luar—entah keluarga, teman, atau kerabat—terlalu ikut campur. Ketika suami lebih mendengarkan saran orang lain dibanding pasangan sendiri, kepercayaan istri bisa hilang.

Dalam jangka panjang, keputusan-keputusan penting dalam rumah tangga menjadi bias karena tidak lagi berdasarkan kesepakatan berdua. Suami perlu memahami bahwa setelah menikah, prioritas utama adalah keluarga yang ia bangun sendiri.

Tidak salah mendengar nasihat, tetapi keputusan akhir dalam pernikahan seharusnya tetap diambil oleh kedua pasangan. Batas yang sehat antara kehidupan pribadi dan pengaruh luar menjadi kunci menjaga keharmonisan rumah tangga.

Tidak Menunjukkan Empati

Empati adalah kunci yang sering terlupakan dalam pernikahan.

Banyak suami gagal memahami perasaan istri, terutama ketika mereka sedang menghadapi tekanan emosional.

Ketika pasangan tidak merasa dimengerti, ia akan mulai menarik diri dan menutup hati. Lama-kelamaan, hubungan kehilangan kehangatannya.

Menunjukkan empati bukan berarti selalu setuju, melainkan memahami sudut pandang pasangan tanpa menghakimi.

Dalam kehidupan pernikahan, empati menjadi jembatan penting agar dua orang dengan latar belakang berbeda bisa saling terhubung.

Suami yang mau memahami perasaan istri akan lebih mudah menjaga kedamaian dan keintiman dalam rumah tangga. (*)

Jadi membangun rumah tangga harmonis dapat dicapai melalui komunikasi terbuka, saling menghargai, dan empati, serta memprioritaskan kualitas waktu bersama dan manajemen konflik yang sehat.

Sumber: Grid.ID
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved