Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal mengatakan, biosekuriti sangat krusial karena menyangkut ketahanan pangan dan ekonomi warga.
Katan Rajendra, praktik CABI sebelummya sukses dilaksanakan oleh peternak skala mikro-kecil di Filipina.
"Inisiatif CABI membuktikan ketika peternak difasilitasi dengan pengetahuan dan peralatan, mereka bisa bertahan," ujar Aryal.
Di sisi lain, Tirza Kasenda, peternak asal Desa Pinawetengan, Kecamatan Tompaso, Minahasa mengungkapkan, sejak dua tahun lalu mereka menerapkan biosekuriti.
Biosekuriti yang diterapkan di antaranya, akses ke kandang dibatasi.
"Area kandang harus dipagari. Sebelum masuk, wajib cuci tangan. Kita ganti pakaian dan pakai sepatu boot. Kandang disemprot disinfektan secara berkala seminggu tiga kali," katanya.
Katanya, berkat CABI, tidak pernah ternaknya kena virus ASF.
Tirza saat ini memelihara empat indukan dan belasan anakan dan babi starter. (Ren/Ndo)
-
Baca juga: Harga Daging Babi di Manado Turun, Populasi Ternak di Sulawesi Utara Semakin Banyak