TRIBUNMANADO.CO.ID - Enam kapal milik PT Surya Pacific Indonesia terpaksa berhenti beroperasi setelah Document of Compliance (DOC) perusahaan itu resmi dibekukan oleh Kementerian terkait.
Keputusan ini diambil sebagai imbas dari insiden yang melibatkan KM Barcelona 5 beberapa waktu lalu.
Akibat pembekuan tersebut, seluruh armada yang berada di bawah naungan perusahaan tak bisa melaut, dan ratusan anak buah kapal (ABK) harus menerima kenyataan pahit: dirumahkan tanpa kejelasan waktu.
Salah satu kapal yang terdampak adalah KM Barcelona III A, yang kini tengah sandar di Pelabuhan Manado bersama lima kapal lainnya.
Kapten KM Barcelona, Ralstynmas Lahutung, mengungkapkan keprihatinannya terhadap nasib para ABK yang kehilangan pekerjaan.
"Kalau di kapal kami ada 13 ABK yang bekerja dan semuanya saat ini dirumahkan untuk sementara," ujar Ralstynmas saat ditemui Minggu (3/8/2025).
Menurutnya, para ABK sangat berharap agar operasional kapal segera kembali normal.
Selain karena alasan profesional, mayoritas dari mereka memiliki tanggungan keluarga yang bergantung penuh pada penghasilan dari pekerjaan di laut.
"Semua berharap kapal bisa berlayar kembali karena ada keluarga di rumah yang dinafkahi.
Jadi kami mohon bantuan doa dari masyarakat agar masalah ini bisa cepat selesai," tambahnya.
Ralstynmas menjelaskan bahwa hingga kini belum ada keputusan final dari pihak perusahaan terkait kelanjutan operasional kapal.
Sementara itu, kapal-kapal yang terdampak hanya bisa menunggu di Pelabuhan Manado tanpa aktivitas.
“Untuk saat ini, kapal kita parkir di Pelabuhan Manado sampai kembali diizinkan beroperasi lagi.
Sehingga ABK untuk sementara masih belum bisa kembali ke kapal karena kapal lagi tidak berlayar," jelasnya.
Ia menekankan bahwa pembekuan ini memberi dampak langsung terhadap penghidupan para pekerja di lapangan.
"Tentunya berdampak bagi kami yang bekerja, karena ini satu-satunya mata pencaharian kami. Itu juga dirasakan oleh para ABK lain yang juga ikut bekerja di kapal ini, jadi semua berdampak," ungkapnya.
Data dan Kronologi
KM Barcelona VA sedianya berangkat dari Pelabuhan Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Sabtu (19/7/2025) pukul 18.00 WITA.
Karena cuaca ekstrem, kapal tujuan Pelabuhan Manado ini baru bisa berangkat Minggu (20/7/2025) dini hari.
Namun saat berada di perairan dekat Pulau Talise dan Pulau Gangga, Kabupaten Minahasa Utara, Minggu (20/7/2025) sekitar pukul 13.00 WITA, KM Barcelona VA terbakar.
Lokasi kejadian dengan Pelabuhan Manado berjarak kurang lebih 20 mil atau sekira 1 jam lagi tiba.
Karena api makin membesar, para penumpang kapal berlompatan ke laut. Sebagian besar mendapat baju pelampung.
Namun tak sedikit penumpang lainnya tak kebagian life jacket. Termasuk sejumlah anak-anak dan perempuan.
Para korban kemudian ditolong para nelayan asal Pulau Gangga, Pulau Talise dan Likupang. Mereka bolak-balik mengangkut korban dari laut ke pulau terdekat.
Kepala Kantor SAR (Kakansar) Manado George Randang menyebut ada 673 penumpang yang berhasil diselamatkan dari KM Barcelona VA.
Kapasitas KM Barcelona VA adalah 450 penumpang. Sementara berdasarkan manifest kapal tercatat membawa 280 penumpang.
Dalam insiden itu, tiga penumpang dinyatakan tewas. Dua lainnya hilang.
“Hingga 7 hari pencarian, dua penumpang yang dilaporkan hilang itu tak ditemukan,” ujar George Randang dalam konferensi pers di Manado, Sulawesi Utara, Senin (28/7/2025).
Kedua penumpang yang dilaporkan hilang itu tak tercatat dalam manifest kapal.
Manifest kapal adalah dokumen resmi yang berisi daftar lengkap barang (kargo), penumpang, dan awak kapal yang diangkut oleh kapal laut.
Dokumen ini berfungsi sebagai catatan hukum, digunakan untuk berbagai keperluan seperti bea cukai, operasional pelabuhan, dan pelacakan pengiriman.
Polisi telah menetapkan nakhoda KM Barcelona VA Iknosi Bawotong sebagai tersangka dan menahannya.
Hingga hari ini, penyebab KM Barcelona VA terbakar belum diketahui. Api diduga dari salah satu kamar penumpang.
Pemprov Sulawesi Utara dan Pemkab Talaud menyiapkan santunan bagi para penumpang, baik tercatat di manifest maupun tidak.
“Ada santunan Rp 1 juta per kepala untuk korban selamat dan Rp 5 juta untuk keluarga korban meninggal,” ujar Kadis Perhubungan Sulut Izak Rey.
KM Barcelona VA merupakan milik PT. Surya Pacific Indonesia, salah satu operator kapal laut yang beroperasi di Sulawesi Utara, Maluku dan Maluku Utara.
Selain KM Barcelona VA, PT SPI juga membawahi KM Barcelona I, II, III, dan KM Venecian. (Edi)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca juga: Harga Daging Babi Masih Dikeluhkan Warga Sulut, Akademisi: Pemerintah Harus Intervensi