Hal senada diungkap Dosen Universitas Trisakti, Aura Akhman di akun Threadnya.
"Ini waktunya tumpang tindih, Arya tidak mungkin berada di dua tempat sekaligus," kata Aura Akhman.
Aura Akhman menyebut fenomena tersebut, dikatakan sebagai anomali spasiotemporal.
"Ada yang salah dengan narasi waktu," ujar Aura Akhman.
"Dalam investigasi profesional, ini disebut anomali spasiotemporal," imbuhnya.
Aura Akhman menyakini ada yang keliru antara CCTV di rooftop dan kesaksian penjaga kos, Arya Daru.
"Yaitu saat dua sumber data (visual dan saksi) bertabrakan di titik waktu yang sama," kata Aura Akhman
"Salah satu pasti ada yang keliru atau ada yang sengaja dibuat salah," imbuhnya.
Nicholay mengatakan kematian Arya Daru tidak wajar dan pernyataan yang diumumkan dari Dirreskrimum Polda Metro Jaya juga terlalu prematur.
Bahkan, Nicholay menyebut bahwa kematian Arya Daru dilakukan oleh pelaku yang profesional.
Ia awalnya menyoroti penjelasan dari ahli forensik, dokter dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Yoga Tohijiwa.
Yoga mengatakan bahwa penyebab kematian dari korban disebabkan gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas.
Menurut Nicholay, keadaan mati lemas yang dialami Arya Daru dinilainya janggal.
"Keterangan dari ahli forensik dari Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, itu jelas dikatakan bahwa penyebab kematian dari korban itu gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas, berarti ada suatu kejadian," jelasnya saat dikutip dari SindoNews yang tayang pada Selasa (29/7/2025) beberapa jam setelah konferensi pers.
Nicholay juga menilai kematian Arya Daru bukan karena bunuh diri atau meninggal secara wajar.