Di perusahaan inilah korban mulai jarang menghubungi keluarganya di Bekasi.
"Ya mungkin dijual atau dikemanain gitu. Itu selama awal tahun bulan Januari itu sudah enggak bener, sudah enggak beres. Pokoknya dia jarang video call. Itu cuma telepon-telepon doang, video call jarang," jelasnya.
Keluarga Putuskan Jenazah Korban Dimakamkan di Kamboja
Keluarga pun memutuskan jenazah Ihwan dimakamkan di Kamboja.
Pasalnya, keluarga tak mampu membayar biaya pemulangan jenazah ke Tanah Air yang mencapai ratusan juta rupiah.
"Saya sepakat dimakamkan di sana saja karena prosesnya cukup lama, dua minggu. Biaya juga besar sekitar ratusan juta, total habis sekitar Rp 200 juta," kata Subiyantoro.
Saat ini, jenazah korban masih berada di rumah sakit Kamboja.
Keluarga masih menunggu kabar jadwal pemakaman korban.
Subiyantoro menekankan bahwa pihaknya meminta KBRI memakamkan jenazah secara Islam.
Keluarga juga meminta KBRI Phnom Penh mendokumentasikan proses pemakaman.
"Harus ada bukti, foto, video proses pemandian, pengafanan, shalat jenazah dan pemakaman secara komplet untuk memastikan bahwa itu jenazah kakak saya," jelasnya.
Apabila tak didokumentasikan, keluarga akan menempuh jalur hukum.
"Kalau tidak saya minta tanggung jawabnya ke KBRI. Bakal saya proses hukum kalau memang itu tidak ada," kata dia.
Korban Sempat Wakafkan 24 Al Quran
Ketika bekerja di Kamboja, korban ternyata sempat mewakafkan 24 Al Quran ke pondok pesantren (ponpes).
"Iya dia mewakafkan Alquran ke sebuah pesantren. Itu satu dus. Satu dus itu sekitar 24 pcs," kata Subiyantoro.
Sejumlah warga juga mengetahui korban membelikan Al Quran santri di ponpes dekat rumahnya.