Tiga tahun kemudian, gelar sarjana berhasil diraih, dan pangkatnya naik menjadi golongan 3A.
Langkahnya tak berhenti di situ.
Tahun 2023, ia dipercaya menjadi Korsatpel Terminal Tipe A Bolaang Mongondow.
Tapi demi menuntaskan pendidikan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), ia harus melepas jabatan tersebut.
Selama tiga bulan tanpa jabatan, Bram memilih menunggu dengan tenang.
Kesempatan datang lagi saat ia dipanggil kembali ke Manado.
Tepat pada 1 Oktober 2023, ia ditunjuk untuk memimpin Terminal Malalayang, menggantikan pejabat sebelumnya yang telah pensiun.
Sebelum pengukuhan, Bram mengikuti uji kompetensi di Bali, termasuk ujian tulis dan wawancara langsung.
SK resminya pun diteken oleh Dirjen Perhubungan Darat.
Sejak saat itu, ia kembali ke tempat yang membesarkan namanya, kali ini sebagai pemimpin.
Kini, Bram hadir bukan sekadar mengatur operasional terminal.
Ia menjalin hubungan dekat dengan semua pihak—penumpang, sopir, pedagang kaki lima, bahkan warga sekitar terminal.
Baginya, kepemimpinan bukan soal kuasa, tapi tentang ketulusan dan dedikasi.
“Orang menghormati kita bukan karena pangkat atau jabatan, tapi karena hati dalam melayani,” tuturnya.
Prinsip itulah yang ia pegang erat.
Dengan pendekatan persuasif dan terjun langsung ke lapangan, Bram menjaga keteraturan terminal sembari membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat. (*)