Sosok Tokoh

Sosok Bram Takumansang, dari Sukarelawan hingga Pimpin Terminal Tipe A Malalayang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PROFIL - Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Malalayang, Kota Manado, Ambrosius Abraham Takumansang. Di balik tertibnya aktivitas harian Terminal Tipe A Malalayang, tersimpan sosok pekerja keras yang telah mendedikasikan hidupnya untuk dunia transportasi

TRIBUNMANADO.CO.ID – Suasana Terminal Tipe A Malalayang, Manado siang itu tampak lengang.

Di antara aktivitas para sopir, pedagang, dan calon penumpang yang lalu-lalang, seorang pria berseragam dinas tampak menyapa ramah dan memastikan semuanya berjalan tertib.

Dialah Ambrosius Abraham Takumansang, sosok di balik pengelolaan terminal yang kini menjabat sebagai Koordinator Satuan Pelayanan (Korsatpel).

Perjalanan Bram, begitu ia biasa disapa, tidak dibangun dalam semalam.

Ia meniti karier dari bawah, bahkan tanpa status, tanpa gaji, dan tanpa jaminan masa depan.

Pada usia 23 tahun, Bram memutuskan untuk menjadi tenaga sukarela di Terminal Malalayang.

“Saya kerja murni sukarela. Tidak dibiayai negara atau daerah,” kenangnya. 

Kala itu, terminal masih di bawah Dinas Perhubungan Kotamadya, jauh sebelum berubah status menjadi madya seperti sekarang.

Tahun 2010 menjadi titik balik.

Pemerintah pusat membuka peluang bagi tenaga honorer untuk masuk sebagai aparatur sipil negara.

Bram termasuk yang terpilih.

Ia resmi direkrut pada 2011, dan dua tahun kemudian menerima SK pertamanya sebagai ASN golongan 2A.

Meski sudah berstatus PNS, Bram tidak berhenti belajar. 

Ia yakin bahwa untuk bertumbuh, pendidikan adalah modal utama.

Tahun 2014, ia memutuskan kuliah di Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT), mengambil jurusan hukum.

Tiga tahun kemudian, gelar sarjana berhasil diraih, dan pangkatnya naik menjadi golongan 3A.

Langkahnya tak berhenti di situ.

Tahun 2023, ia dipercaya menjadi Korsatpel Terminal Tipe A Bolaang Mongondow. 

Tapi demi menuntaskan pendidikan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), ia harus melepas jabatan tersebut.

Selama tiga bulan tanpa jabatan, Bram memilih menunggu dengan tenang. 

Kesempatan datang lagi saat ia dipanggil kembali ke Manado.

Tepat pada 1 Oktober 2023, ia ditunjuk untuk memimpin Terminal Malalayang, menggantikan pejabat sebelumnya yang telah pensiun.

Sebelum pengukuhan, Bram mengikuti uji kompetensi di Bali, termasuk ujian tulis dan wawancara langsung.

SK resminya pun diteken oleh Dirjen Perhubungan Darat.

Sejak saat itu, ia kembali ke tempat yang membesarkan namanya, kali ini sebagai pemimpin.

Kini, Bram hadir bukan sekadar mengatur operasional terminal.

Ia menjalin hubungan dekat dengan semua pihak—penumpang, sopir, pedagang kaki lima, bahkan warga sekitar terminal.

Baginya, kepemimpinan bukan soal kuasa, tapi tentang ketulusan dan dedikasi.

“Orang menghormati kita bukan karena pangkat atau jabatan, tapi karena hati dalam melayani,” tuturnya.

Prinsip itulah yang ia pegang erat.

Dengan pendekatan persuasif dan terjun langsung ke lapangan, Bram menjaga keteraturan terminal sembari membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat. (*)

Berita Terkini