Pangkatnya naik menjadi Mayor Jenderal pada Agustus 1964.
Saat Jenderal Parman menjabat sebagai Asisten I bidang inetelijen, pengaruh PKI telah meluas dan menjadikannya sebagai musuh angkatan darat.
PKI menyebar opini publik bahwa AD berniat menggulingkan kepemimpinan Presiden Soekarno.
Jenderal Parman merupakan satu di antara beberapa pihak yang menentang keras rencana tersebut.
Selanjutnya perang ideologi dan propaganda semakin meluas dan melibatkan banyak unsur di Indonesia.
Saling tuding pun terjadi, PKI dituding berupaya mengganti ideologi Pancasila dengan Komunis.
Perang urat saraf antar fraksi politik dan ideologi di Indonesia semakin parah.
Berbagai macam kepentingan berkelindan di dalamnya dari berbagai pihak.
Kematian Jenderal S Parman
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Parman diculik gerombolan yang mengatasnamakan G30S.
Di Lubang Buaya, Parman ditembak dan jasadnya baru ditemukan tanggal 4 Oktober 1965.
Siswondo Parman dimakamkan di TMP Kalibata pada 5 Oktober 1965 dan mendapat gelar Letnan Jenderal Anumera.
Banyak pihak yang menuding PKI ada di balik dalang penculikan beberapa Jenderal Angkatan Darat termasuk S Parman.
Kemudian babak baru sejarah Indonesia di mulai. PKI dibubarkan, Soekarno jatuh, ribuan rakyat Indonesia mengalami penangkapan
dan pembunuhan tanpa proses pengadilan karena dituduh terlibat G30S.
Dan pada akhirnya, Soeharto diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia, mengawali zaman Orde Baru.
Kisah sebelum wafat Jenderal S Parman
Sebelum diculik dan meninggal dunia di Lubang Buaya, Siswondo Parman punya kebiasaan setiap malam Jumat, yaitu tidak tidur sebelum pukul 24.00.
Seperti yang dilakukan Siswondo Parman dan istrinya pada malam sebelum diculik, Kamis 30 September 1965.
Sebelum tidur, Parman dan sang istri dikejutkan dengan banyaknya burung gereja dan burung sriti di kamar tamu.
Pada pukul 04.00, keheningan di rumah Parman pecah saat sejumlah kendaraan truk datang berisikan prajurit Tjakra dan membangunkan pasangan itu.
Salah seorang prajurit mengatakan kepada Parman bahwa keadaan negara sedang genting.
Sumirahayu yang curiga bahkan sempat menanyakan surat perinyah dan identitas si penjemput.
Saat keluar rumah, Siswondo Parman kaget lantaran banyak prajurit Tjakra di halaman,
Parman pun memerintahkan Sumirahayu menghubungi Menpangad Letjen Ahmad Yani namun smabungan telepon rumah telah diputus.
Tak hanya burung gereja dan burung sriti, sebelum meninggal dunia, Parman juga berpesan agar dimakamkan di TMP Kalibata jika dirinya wafat.
Parman bahkan meminta agar batu nisannya nanti bertuliskan 'Pejuang Sejati'.
Baca juga: Kisah Jenderal Haryono, Pati TNI AD Korban G30S PKI 1965, Tewas Seketika Ditembak Sersan Boengkoes
Baca juga: Kisah Jenderal Ahmad Yani Korban Peristiwa G30S PKI 1965, Gugur Diberondong Peluru Para Pemberontak
Baca juga: Kisah Hidup Letkol Untung Pimpinan Tjakrabirawa, Penculik Para Jendral, Tewas Dieksekusi Regu Tembak