TRIBUNMANADO.CO.ID - Setiap orang percaya akan dilihat kehidupannya.
Juga orang percaya jelas akan hidup benar, lantaran Tuhan Yesus sudah duluan membenarkan manusia.
Bacaan Alkitab kali ini diambil dalam Yakobus 2:1-13.
Baca juga: Bacaan Alkitab Yakobus 1:19-27, Orang Berhikmat Menjaga Keseimbangan
Renungannya diberi judul Orang Berhikmat Menjaga Sikap.
Firman Tuhan : “bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?” (Yakobus 2:4)
“Orang itu sonbong sekali! Dia merasa tidak selevel dengan yang lain dan tidak mau bergaul dengan orang yang dianggapnya rendah!”
Apakah memang ada orang semacam itu?
Baca juga: Bacaan Alkitab Yakobus 1:9-11, Orang Berhikmat Menjaga Mentalitas
Kalau begitu apakah orang sombong itu tidak berhikmat?
Jawabannya bisa iya, karena kalau orang berhikmat pasti tidak suka membedakan status orang.
Mungkin ada kecenderungan orang Yahudi Kristen itu masih melihat dirinya lebih dari bangsa-bangsa lain.
Mungkin bukan dengan sikap yang kelihatan tetapi di dalam hatinya.
Baca juga: Bacaan Alkitab 1 Korintus 15:58, Tetap Kuat Dalam Tuhan
Apalagi kalau ada favoritisme, menghormati seseorang, sementara merendahkan yang lain.
Ini kontras dengan makna persekutuan di antara orang percaya.
“Jika anda memiliki iman yang sejati, maka anda tidak akan pilih kasih. Anda akan menilai orang berdasarkan karakternya, bukan penampilannya. Anda tidak akan melayani orang kaya atau mengabaikan orang miskin, tetapi anda akan mengasihi setiap orang demi Yesus Kristus. Kasih Kristiani tidak lain berarti memperlakukan orang lain, sebagai Tuhan memperlakukan anda dan melakukan hal itu dalam kuasa Roh Kudus.” (Warren Wiersbe).
jelas bahwa perlakuan seperti itu (membedakan orang), akan menghalangi orang miskin untuk percaya pada firman yang diberitakan.
Didalam suatu kumpulan harus dihindari yang namanya membeda-bedakan orang.
Diskriminasi telah menjadi masalah serius, sehingga Abraham Lincoln pun sampai berjuang menghapuskan perbudakan di Amerika.
Itu dalam konteks negara. Apalagi dalam konteks jemaat Tuhan, bukankah harus lebih lagi?
Belajar dari sikap gereja mula-mula (Kis. 2:41-47), mereka membangun kebersamaaan dalam kasih, tanpa membeda-bedakan.
Tuhan Yesus sendiri memberi contoh sekaligus teguran kepada Simon si Farisi itu, bahwa Ia menerima semua orang dan tidak membeda-bedakan mereka (Luk. 7:36-50).
Kita juga mungkin sering diperhadapkan dengan godaan berpikir dan bertindak diskriminatif bukan?
Tanpa kita sadari mungkin kita telah bersikap membeda-bedakan orang di sekitar kita; menghormati yang satu, sementara meremehkan yang lain.
Akibatnya ada yang kecewa dan sakit hati karena kita.
Tiap hari kita perlu berdoa mohon Tuhan menjaga sikap kita, agar kita menjadi berkat.
Banyak orang tertarik menjadi percaya pada Kristus, karena melihat sikap kita.
Inspirasi: Alkitab dengan jelas mengajar bahwa di hadapan Tuhan semua orang sama, tetapi dunia yang berdosa ini suka membeda-bedakan orang.