"Karena kalau ada orang politik latar belakangnya intelijan atau tentara, atau latar belakng aktivis, kedua orang itu biasanya mampu berbicara hal-hal strategis secara komprehensif," bebernya.
Tak hanya itu, meski berasal dari PDIP, Budiman justru berpendapat Prabowo sebagai sosok yang bisa menyatukan kelompok nasionalis.
Padahal, seperti diketahui, PDIP telah mengusung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sebagai bacapres PDIP.
Anggapan itu lantaran Budiman merasa semangat menyatukan kelompok nasionalis belum terlihat pada Ganjar karena usianya lebih muda dibanding Prabowo.
"Kita berbicara soal harus ada persatuan kaum nasionalis, harus ada persatuan kaum nasionalis, itu saja.
Jangan berkelahi begitu, lho," ungkap Budiman, dilansir Kompas.com.
"(Karena Prabowo lebih) senior (dibanding Ganjar), senior ya," sambungnya.
Budiman lantas bicara soal kunjungannya ke kediaman Prabowo.
Ia merasa perlu ada pihak yang mencairkan suasana supaya kaum nasionalis bisa bersatu.
Budiman berkata, Indonesia akan rugi jika kaum nasionalis tak mendukung.
Meski demikian, ia menegaskan pertemuannya dengan Prabowo tak mewakili PDIP.
"Saya ingin mengatakan bahwa ini tidak mewakili partai, ini pribadi.
Kebetulan sebelum saya masuk ke PDI Perjuangan, saya 'kan punya story."
"Sebelum Pak Prabowo jadi Ketum Gerindra dan sebelum bacapres, kita sudah punya story-story lama, kami membicarakan itu," urai Budiman.
"Yang saya sampaikan kepada beliau tadi, itu sebenarnya persatuan kaum nasionalis."
"Rugi Indonesia kalau kaum nasionalis tidak saling mendukung. Harus ada yang mencairkan," jelas Budiman
Baca juga: Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo Masih Ketat, Berikut Hasil Survei Indikator Politik Indonesia
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com