Sosok Eduard Anak Kedua Albert Einstein, Punya Otak Cerdas Namun Sering Sakit, Suka Musik

Editor: Alpen Martinus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Albert Einstein dan anaknya

TRIBUNMANADO.CO.ID- Banyak yang mengira bahwa fisikawan ternama sepanjang masa Albert Einstein tak memiliki keturunan.

Ternyata itu salah, kenyatannya ia memiliki beberapa anak, satu di antaranya bernama Eduard Einstein.

namun sang anak berbeda minat dengan sang ayah, ia lebih meminati musik dan psikologi ketimbang sains.

Baca juga: Sosok Andhara Perez Bocah Tercerdas, Punya IQ di Atas Albert Einstein, Kini Kuliah Dua Jurusan


Perjalanan Albert Einstein (Albertvista)

Sebagai putra bungsu dari fisikawan terkenal di dunia, Albert Einstein, Eduard Einstein mau tidak mau menjadi bayangan dalam kehidupan ayahnya.

Semua orang tahu siapa Albert Einstein.

Setelah menemukan teori relativitas dan persamaan E=MC2, statusnya yang terkenal meninggalkan bekas yang tak terhapuskan dalam sejarah.

Tentu saja, kehidupan pribadi ilmuwan jenius ini juga menjadi topik yang membuat penasaran banyak orang.

Baca juga: Ramalan Albert Einstein soal Israel Bakal Hancur Berantakan Akan Jadi Nyata?

Mendedikasikan hidupnya untuk sains, kehidupan pribadi Einstein juga penuh dengan drama, skandal dan titik balik.

Merujuk pada sudut-sudut tersembunyi kehidupan Albert Einstein, orang tidak pernah mengabaikan putra bungsunya, Eduard Einstein.

Sebagai anak dari pria yang jenius, hidupnya adalah serangkaian tragedi.

Penyakit Sejak Lahir

Eduard Einstein lahir pada 28 Juli 1910 di Zurich, Swiss.

Baca juga: 7 Fakta Orang Yahudi, Sering Dianggap Cerdas, Albert Einstein Juga Termasuk!

Dia adalah putra kedua fisikawan Albert Einstein dengan istri pertamanya, Mileva Maric.

 Eduard juga memiliki kakak laki-laki, Hans Albert, yang 6 tahun lebih tua darinya.

Beberapa waktu kemudian, keluarga itu pindah ke Berlin.

Namun, pernikahan Albert dan Mileva segera berantakan.

Mereka menyelesaikan proses perceraian pada tahun 1919. Perceraian itu sangat mempengaruhi anak laki-laki mereka, terutama Hans.

Mileva tidak  menyukai Belrin. Jadi dia meninggalkan Albert dan membawa serta anak-anaknya.

Dia kembali untuk menetap di Zurich. Meski berjauhan, Albert tetap menjaga hubungan dengan anak-anaknya.

Ia mengunjungi mereka sesering mungkin dan bahkan mengajak kedua anaknya jalan-jalan.

Untuk waktu yang lama, orang berspekulasi bahwa Albert Einstein adalah ayah yang dingin.

Namun, baru-baru ini ditemukan surat yang menunjukkan bahwa dia selalu memberi semangat dan tertarik pada kehidupan kedua putranya.

Mileva selalu bersikeras bahwa Albert selalu memilih sains, bukan keluarga.

Namun, putra tertua mereka, Hans, mengklaim bahwa Albert akan mengesampingkan pekerjaan dan mengawasi anak-anaknya selama berjam-jam ketika Mileva sedang sibuk dengan pekerjaan rumah.

Di masa mudahnya, Eduard adalah anak yang sakit-sakitan. Dia sering sakit dan lemah sepanjang waktu.

Karena iut, dia sering melewatkan  perjalanan keluarga.

Kondisi Eduard sepertinya membuat ayahnya putus asa.

Dalam sebuah surat kepada rekan-rekannya, ilmuwan tersebut menuliskan mengenai kondisi anak laki-lakinya itu.

"Kondisi anak laki-lakiku membuatku sangat tertekan. Tidak mungkin baginya untuk berkembang menjadi orang yang sepenuhnya berkembang." Tulisnya.

Sementara otaknya yang dingin membuat Albert Einstein berpikir untuk memberi tahu Eduard tentang kehidupan.

Albert bersumpah akan memprioritaskan pengobatan penyakit anaknya.

Dia mengabdikan dirinya untuk menemukan pengobatan terbaik bagi putranya dan pergi berkali-kali dengan Eduard.

Pikiran Berbakat Tapi di Bawah Bayangan Ayahnya

Sejak usia dini, Eduard menunjukkan tanda-tanda yang menjanjikan untuk mewarisi kecerdasan ayahnya.

Dia berbakat dalam banyak seni lain seperti musik dan puisi.

Namun, ia memiliki hubungan khusus dengan psikiatri dan memuja Sigmund Freud (ahli saraf dan psikolog Austria).

Pada tahun 1929, Eduard mendapat semua A dan merupakan salah satu siswa terbaik di sekolah.

Dia mendaftar dii Universitas Zurich mengikuti jejak ayahnya.

Di sana, Eduard belajar untuk menjadi psikolog.

Kesehatan Eduard masih mengkhawatirkan keluarganya, terutama Albert.

Dia bangga dengan prestasi dan kemampuan putranya, tetapi juga takut akan penyakitnya.

Namun untuk beberapa saat, Eduard sepertinya memiliki masa depan yang cerah seperti ayahnya.

Terlahir dalam keluarga yang berantakan dan menjadi putra Albert Einstein bukanlah hal yang mudah.

Bagi Hans dan Eduard, tantangan terbesar adalah hidup dalam bayang-bayang ayah mereka.

Pada saat Eduard masih kuliah, Albert sudah terkenal di seluruh dunia.

"Terkadang sulit memiliki ayah yang begitu terkenal karena kamu merasa tidak penting lagi," tulis Eduard.

Pada usia 20 tahun, Eduard mulai menunjukkan tanda-tanda skizofrenia.

Saat itulah dia mengembangkan perasaan untuk seorang wanita tua di universitas.

Ironisnya, Albert juga bertemu Mileva dengan cara seperti itu.

Hubungan cinta Eduard berakhir dengan bencana dan ini membuat kondisi mentalnya semakin buruk.

Kesehatan Eduard menurun dan sekitar tahun 1930 ia mencoba bunuh diri.

30 Tahun Terakhir Hidupnya di Rumah Sakit Jiwa

Eduard secara resmi didiagnosis menderita skizofrenia dan pertama kali dirawat di Rumah Sakit Burgholzli, Zurich, Swiss, pada tahun 1932.

Banyak yang percaya bahwa perawatan psikiatri yang keras saat itu hanya memperburu kondisi Eduard.

Saudaranya, Hans, percaya bahwa terapi kejang listrik yang digunakan untuk mengobati penyakit adalah penyebab gangguan bicara dan kognitif Eduard.

Setelah itu, Eduard putus sekolah dan Mileva di rumah merawat anaknya sendiri.

Meskipun Albert secara teratur mengirim uang ke rumah, Mileva masih harus berjuang untuk merawat anak-anaknya dan biaya pengobatan sangat tinggi.

Penurunan kesehatan Eduard membuat Albert Einstein semakin khawatir dan hal inilah yang mengikuti sang ilmuwan hingga akhirnya hayatnya.

Dia merasa dirinya bertanggung jawab atas penyakit Eduard.

Albert percaya bahwa penyakit putranya diwarisi dari ibunya.

Dalam sepucuk surat kepada teman-temannya, Albert mengungkapkan rasa bersalah dan penyesalannya.

"Putra-putraku lebih lembut, orang yang paling mirip denganku telah menderita penyakit mental yang tak tersembuhkan."

Selama gangguan mental, Eduard mengatakan dia membenci ayahnya.

Dengan bangkitnya pemerintahan Nazi, Albert ditekan untuk meninggalkan benua itu menuju Amerika.

Tak lama kemudian, Hans pun menyusul ayahnya.

Bagi Eduard, imigrasi bukanlah pilihan.

Dilaporkan bahwa Albert berulang kali mencoba membawa putra bungsunya ke Amerika, namun penyakit Eduard membuat hal itu mustahil.

Sebelum Albert berangkat ke Amerika pada tahun 1933, dia mengunjungi putranya untuk terakhir kalinya.

Dan sejak itu, mereka tidak pernah bertemu lagi.

Selama sisa hidupnya, Eduard dan ayahnya sering berhubungan.

Eduard tetap tertarik pada musik, bahkan menulis puisi untuk Albert.

Kecintaan Eduard pada psikiatri tetap tidak berubah.

Dia menggantung foto Dr. Sigmund Freud di kamar tidurnya.

Eduard dirawat oleh ibunya sampai kematiannya pada tahun 1948.

Setelah itu, Eduard pindah sebagai pasien rawat inap di klinik psikiatri Burgholzli, di mana dia tinggal selama sisa hidupnya.

Eduard meninggal karena stroke pada tahun 1965 pada usia 55 tahun, hidup lebih lama dari ayahnya 10 tahun.

Ia dimakamkan di pemakaman Honggerberg di Zurich.

(Yui/Tribun-Medan.com)

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com

Berita Terkini