Hingga mereka menamakan itu Firdaus yang artinya Surga.
Kemudian tibalah bangsa Portugis membawa agama Katolik. Misionaris besar Fransiskus Xaverius pernah membaptis orang Kristen pertama di tanah Minahasa disana.
Kema dulunya adalah salah satu pelabuhan utama di wilayah Celebes.
Posisinya yang dekat dengan Maluku yang jadi pusat perdagangan dunia membuat pelabuhan itu menjadi tempat transit para pedagang asing dari Spanyol, Portugis, Arab serta Belanda.
Sembari berdagang di Kema, para pedagang asing ini menikmati pantai keindahan Firdaus.
Ismet Jailani, tokoh masyarakat setempat, mengatakan, para pedagang Yaman dulunya mendirikan kemah di tempat itu sambil menanti waktu berlayar ke Maluku.
"Mereka datang sesudah dagang di Maluku, maksudnya untuk rekreasi. Di mata mereka tempat itu (Pantai Firdaus) sangat indah," kata dia.
Disebutnya, beberapa pedagang tidak meneruskan perjalanan ke tempat asalnya.
"Mereka tinggal, kawin dengan warga sekitar dan membentuk pemukiman. Merekalah cikal bakal Kampung Arab di Manado," kata dia.
Cinta pada Firdaus, ungkap Ismed, menautkan para pedagang Yaman ini dengan warga sekitar.
Mereka berinteraksi dan dari situ bahasa Yaman diadopsi warga sebagaimana halnya bahasa Spanyol, Belanda, Portugis, hingga Prancis.
Konon kata 'Kema' berasal dari 'Kammah', bahasa Arab untuk 'kemah'.
"Jadi kata 'Kema' dimulai dari turisme pedagang Yaman di pantai Firdaus," beber dia
Max Cornelez mantan hukum tua Kema membeber, kedatangan bangsa asing di Kema dimulai dari pelaut Spanyol Ferdinand Magelhaens disusul Bartolomeus Souza dari Portugis.
Kemudian datanglah bangsa Belanda. Dan semenjak politik pintu terbuka oleh VOC masuklah bangsa Eropa.
"Semua terpaut dengan pantai Firdaus," beber dia.