Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Pantai Firdaus di Desa Kema, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara, provinsi Sulut, terus berjuang untuk eksis.
Sebagai lokasi wisata, pantai itu sudah kehilangan "mahkotanya".
Air pantai tersebut sudah tak jenih. Meski begitu pemandangannya tetap indah.
Daya tarik yang tersisa ini coba di maksimalkan.
Sebuah lokasi wisata kuliner kini berdiri di pesisir pantai itu.
Suasananya sangat santai dan romantis.
Meja dan kursi ditaruh di atas pasir pantai yang putih.
Beratapkan langit, ada lampu lampu yang digantung dan tampak indah kala malam hari.
Sambil menyantap menu khas manado, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan indah pantai tersebut.
Sesekali ombak sampai ke kaki, membuat celana sedikit basah ; tapi itu asyik.
Ada satu hal yang unggul dari pantai itu. Yang tak ada di pantai lain. Yakni sejarahnya.
Berada di cafe itu, bukan hanya berada di masa kini.
Tapi juga di masa lalu. Ibarat menikmati pembangunan masa kini sambil belajar ke masa lalu.
Belajar sejarah di pantai itu unik. Belajar bukan dari buku. Tapi dari pasir, air laut, pohon dan udara disana.
Pantai Firdaus punya sejarah panjang. Di sana lokasi tempat para pedagang Yaman singgah.