Sulawesi Utara memiliki risiko tinggi terhadap penularan penyakit dari satwa liar ke ternak domestik hingga manusia. Selain karena keanekaragaman hayati, hal ini dipicu oleh kebiasaan masyarakat mengonsumsi daging hewan liar
TRIBUNMANADO.CO.ID – Christian Pangouw (35) tampak sibuk membakar kelelawar dagangannya di Pasar Langowan, Sabtu (16/10/2021). Kelelawar yang sudah mati, dibakar menggunakan blower api yang disambungkan dengan gas elpiji tiga kilogram. Setelah bulu-bulu kelelawar habis, ia memotongnya, membungkus, lalu diberikan ke pembeli yang sudah menunggu.
Christian, warga Desa Waleure, Langowan ini sudah jualan daging hewan liar selama 25 tahun, sejak ia anak-anak. Dagangannya kini ramai lancar oleh pembeli. Di awal-awal pandemi Covid-19, dagangan Christian sempat sepi. Apalagi setelah informasi beredar bahwa Covid-19 berasal dari kelelawar yang dijual di Pasar Wuhan China. “Sempat sepi, mungkin karena orang-orang takut. Ditambah lagi ekonomi lagi susah waktu itu,” ujarnya kepada tribunmanado.co.id.
Mengutip pemberitaan dw.com, tim ahli WHO yang meneliti asal usul Covid-19 di Wuhan, China meyakini, virus SARS-CoV-2 yang merupakan penyebab penyakit Covid-19 berasal dari kelelawar. Sebuah teori yang diteliti mereka adalah, virus corona menular langsung dari kelelawar ke manusia.
Christian mengaku tak takut dengan informasi bahwa Covid-19 berasal dari kelelawar. Ia bahkan tak mempercayainya. Begitu pula dengan ancaman penyakit karena hewan liar. Karena sudah bertahun-tahun jualan, dirinya bersama pada pedagang lainnya di Pasar Langowan tak terjadi apa-apa. “Kami baik-baik saja, tak ada sakit apa-apa,” katanya.
Baca juga: Rabies: Kurangnya Kesadaran Masyarakat Menyebabkan Angka Kematian Tinggi di Indonesia
Meski begitu, Christian tetap menjaga dirinya tetap bersih. Sepulangnya dari pasar, ia tetap membersihkan diri sebelum melanjutkan aktivitasnya. “Kalau bersih-bersih setelah pulang dari pasar itu pasti. Sudah kotor-kotor dan kena darah hewan, tetap mandi setelah pulang,” ujarnya.
Masyarakat Sulawesi Utara punya kebiasaan mengonsumsi hewan liar dari generasi ke generasi. Sejumlah pasar tradisional menjual daging hewan liar seperti kelelawar atau bahasa lokal disebut paniki, ular piton, tikus hutan, babi hutan, biawak. Di masa Pandemi Covid-19 ini, pasar daging ekstrem tetap ramai oleh pembeli.
Menurut data jurnal ilmiah Universitas Sam Ratulang tahun 2020 berjudul Perdagangan Jenis Satwa Liar di Pasar Langowan, ada delapan pedagang hewan liar di pasar ini. Baik warga maupun pedagang mengaku tak takut mengenai ancaman zoonosis dari hewan liar.
Saat ini hewan-hewan liar di Pasar Langowan dijual dalam keadaan mati. Dari informasi para pedagang, dulunya kelelawar dijual dalam keadaan hidup. Pembeli memilih kelelawar di dalam kerangkeng besi, lalu dipotong dan dibakar di tempat.
Vian Oroh (36), salah satu pedagang di Pasar Langowan mengatakan, dulu sekitar 15 – 20 tahun lalu, kelelawar masih banyak di daerah sekitar sehingga bisa dijual dalam keadaan hidup. Namun kini karena dipasok dari luar provinsi Sulawesi Utara dan harus melewati berhari-hari perjalanan darat, sehingga sudah dalam keadaan mati. Biasanya ditaruh di dalam bak penampungan yang ditaruh es balok.
Dagangan hewan liar di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Pasar Langowan, juga ramai oleh pembeli. Ferry Mamuaya (50) salah seorang pedagang mengaku tak takut dengan ancaman penyakit karena hewan liar. Begitu pula dengan kabar Covid-19 yang berasal dari kelelawar di Wuhan.
Sudah 30 tahun ia jualan dan sampai kini baik-baik saja. Yang paling utama menurutnya, daging-daging harus dimasak dengan benar. “Bagaimana di China sana tak sakit, mereka tak memasaknya dengan benar. Bahkan ada yang hanya direbus saja,” ujarnya tribunmanado.co.id Senin (12/10/2021) saat ditemui di Pasar Tomohon. Ferry meyakini hal ini setelah melihat berita dan banyak berbincang dengan orang –orang sekitarnya yang juga suka mengonsumsi daging hewan liar.
Ferry mengaku, kelelawar adalah daging paling laris dan dinilai paling enak. Ferry bahkan meyakini, daging kelelawar punya khasiat bisa untuk memberi stamina. Jika tubuh seseorang lemah, daging kelelawar ini bisa mengembalikan stamina.
“Pokoknya kalau makan ini (kelelawar) bisa kuat lagi,” katanya. Usai jualan, Ferry mengatakan tetap membersihkan diri sebelum melanjutkan aktivitasnya. “Yang pasti mandi, harus bersihkan diri,” katanya.
Seorang pembeli, Johny Moningka (59) warga Pinaras, Kota Tomohon mengatakan masih rutin mengonsumsi hewan liar. Yang penting menurutnya cara masaknya harus benar. “Masaknya harus benar, harus benar-benar matang. Virus yang di dalam daging pasti mati,” katanya.