Peluncuran vaksin Covid-19 telah memberi harapan akan pertumbuhan permintaan.
Tetapi bahkan dengan optimisme yang berasal dari OPEC+ terkait dengan proyeksi defisit minyak di sepanjang tahun 2021, jangan berharap konsumsi minyak kembali ke tingkat sebelum pandemi berlangsung hingga tahun 2022.
"Apa yang benar-benar membantu pasar saat ini, dan merupakan alasan yang lebih valid untuk kenaikan harga yang kami lihat, sekali lagi datang dari Arab Saudi dan Saudi Aramco," kata kepala pasar minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.
Asal tahu saja, Aramco sudah menaikkan harga jual resmi Arab Light (OSP) ke Eropa Barat Laut untuk bulan Maret sebesar US$ 1,40 per barel dari bulan sebelumnya.
Ini bisa menandakan Arab Saudi lebih percaya diri dalam prospek permintaan, memberi makan sentimen bullish, kata Tonhaugen.
• Belum Menikah dan Tak Punya Anak, Satu Keluarga Tega Tinggalkan Seorang Lansia di Masjid
• Sosok Tazneen Miriam Sailar, Siapa Sebenarnya Perempuan Inggris Istri Terduga Teroris JI Ini?
OPEC+, tetap pada kebijakan pengetatan pasokan mereka pada pertemuan hari Rabu.
Rekor pemotongan OPEC+ telah membantu mengangkat harga dari posisi terendah bersejarah tahun lalu.
"Disiplin OPEC+ benar-benar positif," ujar Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets.
Jumlah anjungan minyak AS, indikator awal produksi di masa depan, telah meningkat selama lima bulan berturut-turut.
Minggu ini, jumlah rig naik empat menjadi 299, tertinggi sejak Mei, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Laju pemulihan di produsen teratas dunia, bagaimanapun, melambat.
• Harimau Putih Sinka Zoo Bernama Tora Berhasil Dilumpuhkan Tembakan Bius, Eka Terpaksa Ditembak Mati
• Andi Mallarangeng Soal Isu Kudeta Demokrat: Jenderal Mau Kudeta Mayor, Gagal Pula
Pemerintah AS pekan ini memproyeksikan produksi minyak mentah Negeri Paman Sam tidak akan melampaui rekor 2019 sebesar 12,25 juta barel per hari hingga 2023.
Produksi pada 2020 turun 6,4% menjadi 11,47 juta barel per hari.(*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Dekati US$ 60 per barel, minyak Brent melonjak 6% di pekan lalu.