TRIBUNMANADO.CO.ID, NEW YORK - Harga minyak mentah dilaporkan naik sekitar satu persen pada Jumat (5/2/2021).
Kenaikan ini terjadi setelah mencapai level tertinggi dalam kurun satu tahun dan mendekati level US$ 60 per barel untuk jenis Brent.
Penguatan harga minyak juga didukung harapan kebangkitan ekonomi dan pembatasan pasokan oleh anggota Organisasi Minyak Dunia (OPEC+).
Di sisi lain, harga minyak juga mendapat dukungan karena pasar saham Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi di tengah tanda-tanda kemajuan menuju lebih banyak stimulus ekonomi.
Sementara laporan pekerjaan di Negeri Paman Sam itu juga mengonfirmasi pasar tenaga kerja stabil.
Jumat (5/2/2021), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 ditutup menguat 50 sen atau 0,9 persen ke level US$ 59,34 per barel.
Pada perdagangan sesi tersebut, harga minyak mencapai level tertinggi sejak 20 Februari di US$ 59,79 per barel.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2021 naik 62 sen atau 1,1 persen menjadi US$ 56,85 per barel.
Di sesi tersebut, WTI sempat menyentuh level US$ 57,29 per barel, tertinggi sejak 22 Januari tahun lalu.
Dengan penguatan di akhir pekan ini, harga minyak mentah WTI naik sekitar 9 persen di pekan lalu.
• SINOPSIS Ikatan Cinta Minggu 7 Februari 2021: Rafael dan Nino Curiga, Ada Apa?
• Akibat Istri Tak Jujur Positif Covid-19 Paru-paru Suami Menghitam, Satu Keluarga Meninggal Dunia
Ini adalah persentase kenaikan terbesar sejak Oktober 2020, sebagian karena persediaan minyak AS pekan lalu turun ke level yang terakhir terlihat pada bulan Maret.
Sementara itu, harga Brent naik sekitar 6 persen untuk minggu lalu.
"Brent mengincar level US$ 60 per barel sekarang karena OPEC+ telah berhasil meredakan sebagian besar kekhawatiran sisi pasokan dan lonjakan Covid-19 secara global," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
"Fundamental tetap kuat untuk minyak mentah, tetapi konsolidasi tampaknya mungkin mengingat kenaikan baru-baru ini."
Terakhir kali Brent diperdagangkan pada level US$ 60 per barel, pandemi belum terjadi, dan ekonomi masih menguat dengan permintaan bahan bakar jauh lebih tinggi.