Virus disebut memiliki tingkat kematian 75 persen dan belum ditemukan vaksinnya.
"Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi
di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto melansir Tribunnews.com.
Ia menuturkan, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara
teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang
dekat dengan Malaysia.
"Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus Nipah melalui kelelawar atau melalui
perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia," ujarnya.
Virus Nipah menyebar pertama kali di Malaysia pada 1999.
Diduga hampir 300 orang tertular virus itu dari kawanan babi yang terinfeksi.
Babi itu diduga sakit karena terjangkit Virus Nipah, setelah menyantap sisa buah yang dimakan
oleh kelelawar dari famili Pteropodidae yang membawa virus itu.
Meski demikian Didik menegaskan, sampai saat ini kasus virus nipah belum pernah ditemukan di Indonesia.
"Sampai saat ini kejadian infeksi virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia," tegas Didik.