Penulis: Stefi Rengkuan
- Anggota Presidium Iska
- Wakil Bendahara PIKG
- Anggota Pengurus Pusat Ikal STFSP
"STANDBY brur, jam 17:00 saya datang ke Oval hotel. Untuk jemput dan pergi dinner di Thai Resto jam 18:00."
Demikian Brur Novry Rondonuwu, Ketua KKK Surabaya, memberitahuakn sore tadi by WA supaya kami bersiap untuk pertemuan keakraban sebagai sesama Tou Minahasa di tanah rantau. Pas jam 5 sore Brur Noufry sudah datang bersama sang istri, Mikke Lintang, dan tak lama kemudian Sekretaris I Steven Tasik datang bergabung. Kami berbincang akrab, walau dalam protokol ketat Covid itu.
Suasana begitu bersemangat apalagi di lobby hotel yang lapang karena plafon yang menjulang tinggi, dengan hiasan pelbagai lukisan dan ornamen seni yang beraura positif dan menghidupkan itu, cocok dengan aura hidup orang Minahasa yang selalu optimis walau sangat peka dengan kesedihan dan kesenduan yang nampak dalam lagu-lagu tradisionalnya yang melankolis eksistensial.
Kami dibuat surprise karena Pak Yudho sendiri dan keluarganya ikut dalam acara makan bersama terbatas ini.
Ternyata Pak Yudho sudah diangkat sebagai Tonaas secara resmi oleh Tou Minahasa Surabaya, bahkan Ibu Tri Risma juga sudah diangkat sebagai Ina ne Tou Kawanua Surabaya karena begitu berjasa memperhatikan dan memperlihatkan nilai dan integritas seorang pemimpin yang unggul di antara arek Suroboyo termasuk orang Minahasa yang sudah menjadi warganya.
Sempat disebut ibu Chandra Oratmangun yang masih berdarahkan leluhur Minahasa melalui ibunya, adalah pejabat kepercayaan sang kali kota fenomenal ini.
Baca juga: DAFTAR Lengkap Nominasi Piala Citra 2020, Kategori FFI 2020
Sambil makan penuh kekeluargaan dan sukacita di hari Minggu ini, diskusi terus berlanjut. Dan ada beberapa kisah yang patut dicatat dari sang Tonaas Yudho terkait temuan menggemparkan tentang asal usul Minahasa ini.
"Tidak gampang bagi orang Minahasa untuk memahami buku pak Weliam ini. Orang mesti tahu bukan hanya bahasa Minahasa itu sendiri, juga sebisanya bahasa Han, bahkan sejarah peradaban Tiongkok itu sendiri."
"Sama juga dengan orang China sendiri tidak gampang memahaminya. Saya tahu itu karena saya sendiri kebetulan tahu bahasa Mandarin. Walau tak tahu bahasa Minahasa, tapi saya tahu sejarah dan kisah tentang Sam Kok itu."
Ya bisa jadi orang nyinyir atau ndak percaya dan anggap itu muskil, mengada-ada, atau cocokologi, atau mencari sensasi, dan seterunya... Ya karena memang kesulitan memahami temuan baru ini.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Sulut Tertolong Kinerja Positif Sektor Pertanian
Kalau mundur ke belakang, saya sendiri sekitar 15 tahun lalu pernah ke Manado dan mulai mendengar beberapa nama yang disebut sebagai leluhur Minahasa. Lumimuut dan Toar, Karema...
Wah saya bilang kepada Pak Frits Mantiri bahwa ada sesuatu nih. Saya bisa carikan nih nama-nama itu mestinya ada dalam sejarah Tiongkok."
Sebuah koisidens sejarah bahwa di seputar tahun-tahun kuriositi Pak Yudho tentang "misteri" Leluhur Minahasa itu, Weliam sudah sedang mencurigai juga ada apa-apa dengan leluhurnya itu dari sisi bahasa.
Walau masih sangat ragu tapi secara intuitif dia sudah mulai membuka diri dan mengingat-ingat pengalaman hidupnya sejak masa kecil yang sudah punya pendapat sendiri terkait ke-Minahasaan itu sendiri.
Baca juga: Surat Suara Pilgub Sulut Mulai Dicetak, Diperkirakan Tiba di Pelabuhan Bitung 17 November 2020