Terkini Daerah
Pertumbuhan Ekonomi Sulut Tertolong Kinerja Positif Sektor Pertanian
Ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) pada triwulan ketiga (TW III) 2020 terkontraksi sebesar 1,83 persen (yoy).
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rhendi Umar
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) pada triwulan ketiga (TW III) 2020 terkontraksi sebesar 1,83 persen (yoy).
Angka ini membaik dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,89 persen (yoy)
Bank Indonesia (BI) Sulut mencatat, dua lapangan usaha utama Sulut lainnya mencatat pertumbuhan positif dan kuat.
LU pertanian, kehutanan dan perikanan (pertanian) tercatat tumbuh sebesar 4,91 persen (yoy) pada triwulan III 2020 menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,47 persen (yoy).
"Menguatnya kinerja LU ini didorong oleh seluruh sub-Lapangan Usaha pembentuknya. Kinerja tanaman pangan diperkirakan menguat sering terjadinya panen raya pada triwulan III 2020," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut, Arbonas Hutabarat, Senin (09/11/2020).
Kinerja perkebunan tahunan diperkirakan masih kuat sejalan dengan permintaan industri yang juga tumbuh positif.
Selain itu, kinerja perikanan juga menunjukan perbaikan pada triwulan III sejalan dengan ekspor komoditas perikanan yang tercatat tumbuh 11,52 persen (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi 33,26 persen (yoy).
Sementara itu, kinerja industri pengolahan (industri) tercatat tumbuh sebesar 5,14 persen (yoy) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,24 persen (yoy).
"Harga coconut oil (CNO) dunia yang terus melanjutkan tren positif memberi insentif bagi perusahaan untuk
meningkatkan produksi," katanya.
Harga CNO pada triwulan III tercatat tumbuh sebesar 38,13 persen (yoy).
Kenaikan harga CNO mendorong kinerja sebagamana ditunjukan ekspor minyak nabati yang tumbuh sebesar 28,92 persen (yoy) menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,38 persen (yoy).
Jika dilihat dari sisi pengeluaran, kontraksi terjadi pada seluruh komponen dengan konsumsi pemerintah dan investasi menjadi komponen dengan kontraksi terdalam.
Konsumsi pemerintah tercatat terkontraksi sebesar 8,60 persen (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 4,36 persen(yoy).
Penurunan realisasi belanja pegawai, belanja barang dan jasa APBD serta penurunan belanja barang jasa APBN di Sulut
menyebabkan output konsumsi pemerintah belum optimal.
Selain itu, proses realokasi anggaran termasuk pengesahannya yang memakan waktu diperkirakan berkontribusi pada
tertundanya realisasi anggaran pemerintah daerah.