"Kami berusaha untuk menangkal dan menekan pergerakan ini dengan kekuatan penuh," ungkap sumber dari kementerian dalam negeri.
Baca juga: Tito Karnavian Jamin Pilkada 2020 Tak Sebarkan Covid-19, Namun Ada Syarat yang Harus Dilakukan
Pemerintah menyatakan, mereka saat ini tengah mengkaji 51 asosiasi Muslim di Perancis. Jika ada yang menyebarkan ujaran kebencian, mereka akan ditutup.
Darmanin menyebut salah satu organisasi yang dia anggap sebagai "musuh negara" adalah Aksi Kolektif Melawan Islamofobia di Perancis (CCIF).
Sebagai respons, kelompok tersebut langsung melontarkan bantahan dan menuding Darmanin memfitnah mereka, setelah menyebut mereka terlibat dalam serangan.
Dalam pernyataan yang dirilis setelah Paty dipenggal, CCIF menuturkan bahwa mereka memberikan belasungkawa kepada keluarga korban.
Seperti apa kejadiannya?
Jaksa kontra-terorisme Jean-Francois Ricard mengatakan, Paty mendapat ancaman setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.
Saat itu, dia mengajarkan mengenai kebebasan berpendapat. Namun bagi Muslim, penggambaran Nabi lewat kartun itu merupakan penghinaan.
Selama beberapa tahun terakhir, Paty biasanya memersilakan murid Muslim yang tak setuju dengan pengajarannya untuk meninggalkan kelas.
Baca juga: Pesta Gol Timnas U19 ke Hajduk Split, Ada Pencetak Gol Baru hingga Jack Brown Samai Torehan Witan
Kemarahan itu pun sampai ke telinga Abdoullakh Anzorov, remaja Chechen kelahiran Moskwa, Rusia, yang tinggal di Evreux, sekitar 100 km dari lokasi kejadian.
Ricard mengungkapkan Anzorov mendatangi sekolah Paty di Conflans-Sainte-Honorine, dan meminta murid menunjukkan seperti apa guru itu.
Dia mengikuti Samuel Paty yang tengah berjalan ke rumah, sebelum menyerangnya dengan pisau sepanjang 30 sentimeter dan memenggalnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kasus Guru Dipenggal karena Tunjukkan Kartun Nabi Muhammad, Polisi Perancis Tahan 15 Orang