TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Panglima Tentara Belanda di Indonesia Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor mungkin tak banyak dikenal masyarakat Indonesia.
Padahal dia Jenderal Belanda yang paling keras menghantam Indonesia.
Jenderal Spoor memiliki misi khusus didatangkan ke Indonesia untuk membunuh Panglima TNI Jenderal Besar Soedirman
Dilansir dari buku "Jenderal Spoor: Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Belanda Terakhir di Indonesia", Jenderal Spoor mendapat tugas khusus untuk menghentikan aksi gerilya.
• Istana Akan Didemo Mahasiswa, Presiden Jokowi Pergi ke Kalteng Urus Proyek, Unima Manado Kacau
• Viral soal DPR, Situs Diretas Jadi Dewan Penghianat Rakyat Hingga Gedung Dijual Online Rp 10.000
Simon Hendrik Spoor dianggap mumpuni untuk mengatasi perlawanan para tentara republik yang dipimpin oleh jenderal besar Soedirman
Spoor memang pernah bertugas di Indonesia pada 31 Januari 1946 hingga 25 Mei 1949.
Sayang, nama Spoor kurang populer bagi masyarakat Indonesia.
Masyarakat hanya diajarkan untuk mengkultuskan Sudirman, namun tidak diajarkan untuk mempelajari musuhnya.
Padahal, Spoor merupakan rival dari Jenderal Sudirman.
Spoor merupakan pemimpin militer terakhir Belanda yang ada di Indonesia.
Dia pulalah yang menjadi otak dalam aksi polisionil Belanda, atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer Belanda pada tahun 1947 dan 1948.
Sejak ditempatkan di Indonesia, Spoor memang mengemban misi berat, yaitu mengembalikan kejayaan Belanda di Indonesia.
Tidak hanya itu, dia juga memiliki misi untuk menghabisi Tentara Republik yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Soedirman.
• HSBC Jembatani PMA untuk Menangkap Peluang di Tengah Pandemi Covid-19 di Indonesia
• Lowongan Kerja Bank BRI, Terima Mulai SMA SMK, Ini Syarat, Cara Daftar dan Link Resmi
Keduanya memang memiliki banyak kesamaan.Satu di antaranya adalah sama-sama mati muda.
Jenderal Sudirman meninggal pada usia 34 tahun. Sedangkan, Spoor tewas pada usia 47 tahun.