Drakula Takut Masuk Minahasa, Catatan Ikut Perjalanan dengan Gubernur Olly Dondokambey

Editor: Sigit Sugiharto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dari kiri ke kanan, Bendum PDI Perjuangan Olly Dondokambey, saya (J Osdar), Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri serta para kader PDI Perjuangan lainnya dalam Kongres PDI Perjuangan di Bali , 27 Mei 2017

Dalam acara peringatan Natal di kantor PDI Perjuangan di Kolongan, Minahasa Utara, Januari 2020, Megawati antara lain mengatakan dirinya bersahabat dengan Olly semenjak PDI Perjuangan masih bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Ketika berkampanye untuk Olly di Tahuna, Sangihe, Sabtu 28 November 2015, Megawati mengatakan ia menugaskan Olly untuk jadi Gubernur Sulut selain agar wilayah ini maju sampai ke desa-desa. “Selain itu supaya kalau datang ke Sulut bisa makan ikan yang enak,” canda Mega.

Garin Nugroho, Edo Kondologit, Zulkifli Hasan, Olly Dondokambey, dan Rano Karno bersama menyanyikan lagu Pancasila Rumah Kita dalam acara dialog Dongeng Laut dan Indonesia , di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (20/10/201 (Tribunnews.com/Ruth Vania Christine)

Dalam acara penyambutan Megawati di bandar udara Tahuna, Sangihe, saya minta kelompok musik bambu setempat untuk mambawakan lagu “Cucak Rowo”. Saya menduga mereka akan mengatakan tidak bisa. Tetapi, ketika melintasi kelompo musik itu terdengar lagu “Cucak Rowo”. Ketika di acara peresmian Patung Bung Karno di Kolongan Ketua Dewan Perwakilan Kabupaten Minahasa Utara Berty Kapojos bertanya pada saya, lagu yang bisa mengesankan Ibu Mega? Saya bilang, “Cucak Rowo”. “Kelompok musik kita belum mempelajari lagu itu,” jawab Berty.

Saya mencatat, setelah merosotnya suara PDI Perjuangan dalam Pileg 2004 dan kekalahan Megawati dalam pemilihan presiden secara langsung 2004 dan 2009, justru karier Olly bersinar.

Dalam pembukaan masa kampanye pemilihan gubernur Sulut di pantai Mega Mas, Manado, Kamis 27 Agustus 2015, Olly didampingi wakilnya yang cukup brilian, Steven Kandou, antara lain menyerukan dengan mengutip ucapan Bung Karno : “Saat ini kita belum hidup di bawah naungan terang sinar bulan”.

“Kita masih hidup di zaman pancaroba pancaroba bersama OD-SK (Olly Dondokambey - Steven Kandou),” kata Olly.

Masih mengutip Bung Karno Olly menyerukan pula, “Tuhan bersemayam di gubug orang miskin, tidak mungkin kita mencintai sesama tanpa mencintai Tuhan.” Dalam pilkada serentak 9 Desember 2015, Olly dan Steven menang telak. OD-SK dilantik bersama para calon gubernur dari provinsi lainnya oleh Presiden Joko Widodo, Jumat 12 Frebuari 2016. Istana Negara saat itu seperti pesta Kawanua. Para gubernur lain membawa saudara atau rekannya paling banyak 3 sampai empat orang. OD-SK diiringi lebih dari 50 orang. “Saya sering mendengar ucapan meijo-meijo atau mari jo-mari jo (ayolah) selama acara pelantikan ini,” ucap seorang protokol istana pada saya.

Bulan Oktober 2015, Olly meluncurkan buku berjudul “Politik sebagai Sarana Keselamatan”. “Saya ingin hidup saya sebagai alat atau hamba Tuhan untuk mewartakan kristianitas dalam kehidupan berpolitik.”

“Saya akan selalu haus untuk tetap setia berada bersama dengan orang - orang kecil dan terpinggirkan, di mana pun , lebih khusus di Sulawesi Utara,” kata Olly pada bagian lain (halaman 143).

Lebih mengharukan dan mengesankan lagi kutipan tulisan Olly di halaman 150. “Seorang politikus adalah seorang yang adil dan abdi negara. Sebagai abdi negara dia harus melepaskan seluruh kepentingan diri, keluarga, agama, suku, golongan untuk mengabdi semua warga negara.”

Sabtu, 26 Mei 2018, saya satu mobil dengan Gubernur Olly Dondokambey dan Ibu Gubernur, Ny Ir Rita M Tamuntuan untuk mengikuti ibadah syukur ulang tahun ke-54, Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode GMIM Pendeta Dr Hein Arina di Desa Temboan Langowan. Dalam doa bersama keluarga Pendeta Arina - Suoth antara lain didaraskan kalimat doa :”Hidup adalah suatu perjalanan, tempuhlah itu bersama Tuhan”. Kata-kata ini menjadi inspirasi bagi tulisan perjalanan saya di Sulawesi Utara mengikuti Gubernur Olly Dondokambe.

Menutup tulisan tentang perjalanan di Sulut bagian pertama ini saya ucapan terimakasih kepada Mas Sigit Sugiharto, Pemimpin Redaksi Tribun Manado, yang ikut membaca naskah ini. (J.Osdar)

Berita Terkini