Drakula Takut Masuk Minahasa, Catatan Ikut Perjalanan dengan Gubernur Olly Dondokambey

Editor: Sigit Sugiharto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dari kiri ke kanan, Bendum PDI Perjuangan Olly Dondokambey, saya (J Osdar), Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri serta para kader PDI Perjuangan lainnya dalam Kongres PDI Perjuangan di Bali , 27 Mei 2017

Di rumah itu telah menunggu Andre Angau, bendahara DPD PDI Perjuangan Sulut, yang kini telah menjadi Ketua DPR Provinsi. Pelantikannya di tahun 2016 cukup unik, karena mengunakan ritual Kong Hucu. Ada aroma dupa. Saat itu mungkin baru saat itu terjadi di Indonesia.

Setelah sarapan, Saya, Olly dan Andre diantar oleh pengemudi berbadan besar yang kini sudah almarhum, Tammy Mantik. Dia adalah teman Olly sejak di SMP di Manado. Olly biasa memanggilnya, Temo (nama bumbu kacang hitam di dalam bakpao atau biapong). Kami sampai di pantai Marina, pantai Manado. Di sini, kita mengikuti ibadah/kebaktian para pendeta Minahasa yang dipimpin Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Pendeta Dr Henny William Booth Sumakul PhD (kini sudah diganti oleh Pendeta Hein Arina).

Usai acara ini, saya mengikuti rombongan Olly dengan iring-iringan ke sebuah kampung di pantai Belang, Minahasa Tenggara (Mitra). Perjalanan sejauh 110 kilometer dari Manado. Di kampung itu, Olly langsung mengikuti acara ibadah/kebaktian yang dipimpin seorang pendeta. Sebelum pulang ke Manado pada tengah malam kami singgah di beberapa kampung lain, yang semuanya ditandai dengan acara ibadah kebaktian. Jadi perjalanan hari ini saya hayati sebagai perjalanan ibadah/kebaktian. Kami sampai kembali di Manado Minggu subuh, 9 Agustus 2015. Saya menginap di Grand Puri Hotel. Di situlah saya menginap setiap kali datang ke Manado, selama lima tahun terakhir ini. 

Dengan Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandou di Kantor Gubernur Sulut, 19 Maret 2016 (J Osdar)

Minggu pagi jam 09.00 Wita, saya diajak Olly ikut kebaktian di sebuah gereja GMIM di Manado Utara. Hari ini dari pagi hingga sore, saya mengikuti Olly ke lima tempat, semua ditandai dengan acara kebaktian/ibadah.
Setelah saya lihat kembali perjalanan selama lima tahun ini, sebagian besar ditandai dengan acara kebaktian. Maka saya menamai perjalanan ini adalah perjalanan ziarah suci, kebaktian/ibadah. Dari perjalanan dengan Olly inilah membuat saya rajin membuka Kitab Suci/Al Kitab dan menempelkan beberapa firman dalam hati.
Drakula takut masuk Minahasa.

Suatu hari, Sabtu, 5 September 2015, saya mengajak teman dari Jakarta, menghadiri acara kebaktian/ibadah perayaan ulang tahun ke-81 Opa Jhon Samuel Tamuntuan, ayah mertua Gubernur Olly Dondokambey atau ayah Nyonya Ir Rita Tamuntuan. “Panorama alam dari perjalanan ini indah, tapi yang paling berkesan bagi saya sepanjang jalan ini hampir tiap beberapa meter ada gereja. Jumlah gereja nampaknya lebih banyak dari pohon pohon cengkeh dan pohon kelapa,” kata teman saya.

Saya juga ingat, sutradara film dan budayawan Indonesia, Garin Nugroho pernah mengatakan Minahasa ini tanah relegius. Ia mengatakan ini setelah mengikuti Olly beribadah di sebuah gereja di Tikala, Manado. Dalam perjalanan dari Manado ke Minahasa Utara, Garin melihat banyak salib yang dipasang di pohon-pohon di tepi jalan. “Waduh pasti Drakula takut masuk ke Minahasa. Drakula akan meradang dan hancur melawati jalan-jalan ini,” ujarnya. Ketika saya ceritakan ucapan Garin itu kepada Ibu Gubernur, Nyonya Ir Rita Tamuntuan langsung tertawa.

Dalam suatu acara dongeng yang melibatkan Olly Dondokambey, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (Selasa, 20 Oktober 2015) dan Gubernur Banten (waktu itu) Rano Karno di Bentara Budaya Kompas Jakarta, Garin juga mengatakan masuknya Olly dalam kancah politik di Indonesia akan membuat matahari benar-benar terbit dari timur. “Pemimpin akan muncul dari ufuk timur,” ujarnya yang kemudian disusul alunan suara Connie Maria Mamahit (sekarang sudah almarhumah) yang melantunkan lagu “Balada Pelaut”.

Garin adalah pencipta iklan Pemilihan Umum tahun 1997 yang cukup legendaris. Seorang ibu dari Tongkaina dimunculkan dengan mengatakan “Inga, Inga” sambil memincingkan sudut matanya dengan gaya yang kaku.
Minggu pagi, 13 September 2015, dari Manado menyeberang ke Pulau Bunaken, dan mengikuti kebaktian/ibadah di gerjea GMIM Patmos. Kotbah dibawakan oleh Bendahara Umum GMIM (waktu itu) Recky Montong. Di Bunaken, Olly menyapa rakyat, di antaranya seorang ibu bernama Maria yang menggendong anaknya yang lumpuh, Fernanda. Ibu Maria minta kepada Olly kursi roda. Olly berjanji untuk memberi (beberapa hari kemudian dipenuhi). “Terima kasih Tuhan,” kata Maria ketika itu.

Duka Olly

Sekembali dari Manado siang itu, Olly mengikuti kebaktian/ibadah di Manado Utara. Dari situ Olly menempuh perjalanan sekitar satu jam ke wilayah Lembean Kombi untuk mengikuti ibadah syukur hari ulang tahun ke-181 Jemaat GMIM Imanuel Ranowangko II.

Dalam kesempatan menyampaikan sambutannya, Olly bercerita tentang kegagalannya mengikuti pemilihan anggota DPR tahun 1999. Ia juga mengisahkan mengikuti sidang pengadilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelum berkisah Olly mengutip Nas Al Kitab spserti ini:”Tetapi aku, tentu akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku.” (Ayub 5 : 8).

Olly berkisah, tahun 1999, ia bersama jemaat gereja di Bekasi, Jawa Barat membangun sebuah gedung gereja. Belum juga selesai pembangunan itu, Olly pulang ke Manado untuk mengikuti Pileg (pemilihan anggota legislatif). Ia yakin menang, tapi ternyata kalah. Padahal, saat itu PDI Perjuangan menang telak, di atas 30 persen. “Saya sedih. Kiapa kita sampai gagal ? Saya berdoa banyak. Saya ambil keputusan kembali ke Bekasi dan menyelesaikan pembangunan gereja. Lima tahun kemudian saya ikut lagi Pileg dan berhasil,” ujarnya.

Setelah jadi anggota DPR, Olly mendapat tuduhan korupsi dan diadili. Ia mengungkapkan kesedihan dirinya dan tentu keluarganya. “Meja saya di rumah di Kolongan disita dan menjadi berita besar di media massa. Tapi, ketika saya diputus tidak bersalah dan meja saya dikembalikan, tidak ada berita dari media massa. Tapi saya bersyukur dan berdoa,” kisah Olly yang mengharukan itu.

Kisah ini sering diceritakan pada saya di setiap kesempatan di dalam mobil atau pesawat dalam perjalanan. Selain kisah sedih Olly juga bercerita bagaimana mulainya ia bisa sampai menjadi perhatian Megawati. “Saat pertama, banyak melihat saya sebagai anak sepanggal.

Sering juga saya sampaikan kepada Olly, antara tahun 2004 - 2014, beberapa pejabat dalam istana kepresidenan memberi informasi kepada, “suatu yang cukup ajaib orang bernama Olly Dondokambey bisa mencapai posisi dekat Megawati”. Ketika suatu hari hal ini saya sampaikan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Redaksi Kompas tahun 2014, beliau hanya tersenyum.

Halaman
123

Berita Terkini