TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Perbankan menjadi salah satu sektor terdampak pandemi Covid-19.
Menghadapi Normal Baru di tengah pandemi, perbankan di Sulut fokus menjaga likuiditasnya.
Direktur Utama Bank Sulut Gorontalo (Bank SulutGo), Jeffry Dendeng mengatakan, perbankan di Sulut perlu memberi perhatian pada likuiditas di tengah situasi yang tak menentu ini.
"Pandemi yang terus berlanjut tentu beban likuiditas bank makin berat. Apalagi ada kewajiban restrukturisasi debitur terdampak Covid-19," kata Dendeng belum lama ini.
Restrukturisasi, kata Dendeng, akan mempengaruhi likuiditas dan profitabilitas bank.
"Karena kita tidak menerima bunga sekian bulan. Makanya sangat dibutuhkan kebijakan terkait keringanan bunga," katanya.
Meskipun demikian, Bank SulutGo berkomitmen tetap menyalurkan kredit umum maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Meskipun, pemasaran KUR terpukul, baru mulai memasarkan di Bulan Februari, langsung diadang pandemi.
"Kami optimistis kinerja masih bisa tumbuh tapi tidak sekencang dulu-dulu," ujarnya.
Terkait restrukturisasi, Bank SulutGo memberikan 'keringanan' kredit mencapai Rp 130 miliar. Sektor yang dominan mendapatkan keringanan ialah UMKM, perdagangan dan perhotelan.
Terpisah, Head of Region BNI Kanwil Manado, Koko Prawira Butar-Butar mengungkapkan, pandemi Covid-19 akan memberikan dampak turunnya performa perbankan.
"Saat ini semua sektor terpukul. Hasil pemetaan kami, sebagian besar bisnis yang kami topang mengalami penurunan. Tentu kami akan melakukan penyesuaian," katanya.
Meskipun demikian, Koko bilang pihaknya tetap memasarkan kredit dan jasa lainnya.
"Kami tetap menyalurkan kredit tapi akan sangat selektif. Sektor-sektor yang tidak terdampak. Misalnya, perdagangan bahan pokok, apotek dan lain-lain," katanya.
Sebelumnya, Kepala OJK Sulutgomalut, Slamet Wibowo mengungkapkan, pihaknya optimistis kinerja perbankan di Sulut bisa tumbuh di tengah pandemi.