TRIBUNMANADO.CO.ID - Penerapan New Normal membuat semua masyarakat akan melaksanakan aktifitas yang baru.
Terkait hal tersebut warga harus siap mulai beradaptasi dengan hal yang baru.
Diketahui koalisi Pejalan Kaki memberikan sejumlah rekomendasi yang dapat dilakukan para pejalan kaki saat beraktivitas di masa new normal atau kenormalan baru.
• Kritik Pakar Epidemiologi soal Hadapi Virus Corona: Harusnya yang Disampaikan ke Publik Sudah Matang
• Ungkap Kecurigaan Seminar Pemecatan Presiden, Zainal Arifin: Ada Pihak yang Sengaja Buat Isu Teror
• Rekaman Video Terbaru George Floyd Ketika Ditangkap Polisi dan Daftar Kota yang Terjadi Aksi Demo
"Karena yang menjalankan dan melaksanakan tatanan kenormalan baru adalah manusianya, dalam hal ini pejalan kaki" ujar Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (31/5/2020).
Alfred mengatakan, para pejalan kaki sebaiknya menyiapkan masker kain lebih satu buah ketika beraktivitas guna mengantisipasi paparan virus di sepanjang perjalanan.
"Jadi pergi dan pulangnya itu sebisa mungkin ganti masker," ujar Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (31/5/2020).
Sebab, tidak menutup kemungkinan para pejalan kaki kerap menyentuh masker usai memegang sesuatu saat berjalan di jalur pedestarian atau menumpang transportasi umum.
"Khawatirnya masker itu sudah tidak steril atau terpapar apapun dari yang kita sentuh," ungkapnya.
Selain itu, lanjut Alfred, para pejalan kaki juga disarankan untuk membawa pembersih tangan sendiri.
Hal tersebut untuk menghindari penggunaan sabun di tempat umum dan membersihkan tangan ketika menyentuh benda yang sudah dipegang oleh banyak orang.
"Jadi misalkan mau ke stasiun, daripada harus menggunakan sabun yang ada di stasiun kan semua orang mencet," ungkapnya.
Masih kata Alfred, para pejalan kaki juga diimbau untuk menggunakan alat bantu saat menekan tombol saat menyeberang di pelican crossing.
Alfred menegaskan, antisipasi penularan virus corona di tempat dengan volume pejalan kaki yang tinggi perlu dilakukan. Hal itu bertujuan agar tidak memunculkan klaster baru dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
"Kita coba antisipasi semaksimal mungkin bagaimana caranya untuk droplet dari si Covid-19 ini tidak menjadikan sebuah klaster di satu kawasan itu," ungkapnya.
Saat ini, lanjut Alfred, pihaknya masih terus menghimpun referensi dari para ahli dan pegiat lanskap perkotaan mengenai langkah yang perlu dipersiapkan menjelang kenormalan baru bagi para pejalan kaki.
"Ada beberapa catatan yang sudah kami himpun, pertama adalah setiap trotoar itu ya sudah harus minimal dua meter, sudah tidak bisa lagi tidak," ungkapnya.
Kemudian, pemerintah daerah perlu menyiapkan jalur tambahan di wilayah dengan trotoar yang sempit, agar para pejalan kaki bisa menjaga jarak fisik.
"Untuk tempat duduk yang di trotoar kalau bisa diatur hanya dua orang saja di pojok dan pojoknya. Ruang tunggu halte juga di buat batasannya dan petunjuknya," kata Alfred.
"Jalur pejalan kaki di Jalan Sudirman bisa jadi contoh penerapan tatanan kenormalan baru bagi pejalan kaki," lanjutnya.
• Kritik Pakar Epidemiologi soal Hadapi Virus Corona: Harusnya yang Disampaikan ke Publik Sudah Matang
• Ungkap Kecurigaan Seminar Pemecatan Presiden, Zainal Arifin: Ada Pihak yang Sengaja Buat Isu Teror
• Singgung Prabowo dan Jokowi Hadapi Covid-19, Fahri Hamzah: Harusnya Bisa Diatasi Dengan Mudah
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejumlah Hal yang Dapat Diterapkan Pejalan Kaki Saat New Normal"