Virus Corona

Viral Meriam Bambu Digunakan Warga Desa Untuk 'Usir' Para Pendatang, Ini Faktanya

Editor: Glendi Manengal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi meriam bambu yang mengusir para pendatang

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kabarnya ada sebuah video beredar memperlihatkan sekelompok pemuda mengusir warga yang datang di pintu masuk desa menggunakan meriam bambu viral di media sosial.

Terlihat seorang pemuda itu mengusir warga yang datang karena desa tersebut ditutup sementara untuk mencegah penyebaran virus corona baru atau Covid-19.

Yang uniknya para pendatang yang ngeyel ingin memasuki desa untuk mengunjungi kerabat atau koleganya "diusir" menggunakan dentuman meriam bambu.

Fenomena Matahari Diatas Kabah Tahun Ini Akan Terjadi Rabu 27 Mei dan Pada 16 Juli 2020 Nanti

Sebut Virus Corona Ibarat Istri, Mahfud MD: Lalu, Kemudian Kamu Berdamai dan Hidup Bersamanya

Di Masa New Normal, Anggota DPR Harap Tempat Ibadah Juga Dibuka Bukan Hanya Lokasi Usaha

Pendatang diusir dengan Meriam Bambu ()

Video viral tersebut terjadi di Desa Ringin Agung, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Ketua RT 4 Desa Ringin Agung Suparno mengatakan, video tersebut hanya bagian dari sosialisasi bahwa desa tersebut ditutup selama Lebaran.

"Tidak sampai begitu, itu hanya sosialisasi bahwa jalan desa selaam Lebaran ditutup sementara," kata Suparno saat ditemui di rumahnya, Selasa (26/5/2020).

Suparno menceritakan, bermain meriam bambu telah menjadi tradisi warga Desa Ringin Agung.

Masyarakat menyalakan meriam bambu saat memasuki bulan Ramadhan sampai tujuh hari setelah Lebaran.

Setiap sore, puluhan pemuda akan menyalakan meriam bambu menjelang berbuka puasa.

"Sudah tradisi setiap bulan puasa, menjelang buka remaja di sini menyalakan meriam bambu," kata Suparno.

Kasus Covid-19 Berangsur Turun, Summarecon Mall Bekasi Siap Dibuka Kembali Secara Bertahap

Perang meriam bambu biasanya diadakan di lingkungan Dukuh Ndasun.

Sebab, wilayah itu berada di pinggir sawah desa sehingga kegiatan perang meriam bambu tak mengganggu aktivitas warga lain.

Menurut dia, tradisi perang meriam bambu telah dilakukan sejak puluhan tahun lalu.

“Dulu kan belum ada petasan. Jadi membunyikan meriam bambu selain sebagai hiburan juga sebagai tanda berbuka puasa,” imbuhnya.

Pohon bambu yang tumbuh subur di Desa Ringin Agung, kata Suparto, menjadi penyebab perang meriam bambu menjadi tradisi di desanya.

Halaman
12

Berita Terkini