Kala itu hal yang terbesit di benaknya hanya berusaha membela diri dari perbuatan pelaku.
Kalau dirinya teriak, ungkap T, dia berpikir bisa saja dibunuh atau dilakukan sesuatu yang tak diinginkan di dalam toilet tersebut.
"Pikiran aku kek gitu, karena perdana aku digituin. Aku takut, aku mikirnya gimana keluar dari situasi itu dalam keadaan selamat."
"Aku bilang: Pak ujian randai mau mulai, Bapak dosennya."
"Tunggu sebentar, tunggu sebentar, kata dia. Dia langsung otak-atik ini dan itu. Bajunya atau apanya, beres-beresin."
T mengulangi lagi ucapannya.
"Pak ujian randai mau mulai, Bapak dosennya."
"Oh iya," kata si dosen, T menirukan.
T buka pintu dan keluar terlebih dahulu.
"Gantung bapak ha. Sakit kepala. Pengin bapak masukin,” kata T menirupak ucapan oknum dosen.
“Apalah Bapak ni. Lalu, aku jawab lihatlah besok, Pak."
T menegaskan, dirinya menjawab "Lihatlah besok Pak” itu karena ingin cepat-cepat keluar dari situasi seperti itu.
Kemudian, dia langsung lari ke bawah.
"Intinya saat di toilet dia sempat meraba-raba aku," ungkap T.
Kembali Bertemu di Parkiran
T mengungkap ia bertemu kembali dengan si dosen.
"Saat di parkiran mobil, ya dia bilang, besok kuliah jam berapa. Aku jawab. Kata dia, pukul 10 temui Bapak. Insyaallah, Pak."
"Dijawabnya, aku suka gayamu, langsung colek dada. Kaget dong," ungkap T.
Dirinya langsung menangis mencari teman dekat dan ketua angkatan. Ia lari ke gerbang depan.
T kemudian tinju-tinju kepala, nepuk-nepuk leher, nampar-nampar mukanya sendiri, sambil mengatakan, "Aku gak pernah diginiin. Gak pernah sama sekali. Tolong, apa yang harus saya lakukan?”
Berani Lapor ke Polda Sumbar
T menuturkan, kejadian tersebut dialaminya di lingkungan kampus pada 10 Desember 2019.
Untuk melapor sebulan setelah kejadian itu, kata T butuh persiapan mental.
"Seperti sekarang, orang mikirnya itu suka sama suka. Aku genit, gimana lah covernya, bandel lah, yah orang itu mikirnya kek gitu," ucap T.
Dia belum siap menerima hujatan orang-orang, tapi akhirnya, dia melapor karena dia tak ingin ada korban lain.
Sebab, dia merasa nantinya akan tetap belajar di sana (kampus) sampai empat tahun ke depan.
"Bakalan melihat muka dia terus. Siapa sih yang bisa kek gitu? Mungkin ada yang bisa, tapi aku engga bisa. Itu bakalan ganggu fokus," jawab T.
Selain karena agar tak ada korban lain, T melapor juga karena tak terima atas perilaku si dosen.
Ketika mendengar informasi si dosen ditetapkan tersangka dan ditahan, T tak merespon banyak.
Ia menyebut hal itu biasa saja baginya. Tidak ada respon bahagia dari dirinya.
"Namanya kesalahan dia, dia ditetapkan tersangka berarti dia emang ada salahnya," ujar T.
T mengaku sudah dipanggil penyidik sebanyak enam kali. Ada penyerahan bukti.
Untuk di pengadilan, dirinya juga sudah menyiapkan enam saksi.
Hingga saat ini belum ada panggilan berikutnya.
Maju jalur hukum, T diberi pendampingan dari LPSK, LBH, dan Nurani perempuan.
T Ungkap Ada Korban Lain
Setahu T, ada korban lain dari si dosen. Dia tak tahu alasan korban lain tersebut tak mau melapor.
Tapi pribadi, dia memang tak terima dengan perbuatan si dosen hingga dirinya melapor ke Polda Sumbar.
Dia mengatakan, alasan lebih memilih lapor ke Polda, karena dirinya menganggap apa yang ia alami sudah rencana pemerkosaan.
Hal itu tidak bisa diselesaikan pihak kampus.
Bahkan ungkap T, sampai-sampai di kronologinya, dirinya ditulis pakai celana pendek dan pakai baju ketat.
"Celana pendek dari mana? Aku makai celana sampai di bawah lutut. Pakai kaos kaki sampai betis. Pakai baju kaos, pakai jaket denim. Salah?"
"Kalau menurut dia salah, seharusnya dia ngusir aku, negur aku, bukan malah nyubit betis aku. Sebagai seorang tenaga pendidik, harusnya bukan begitu." tegas T. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul Detik-detik Mahasiswi Ditarik Oknum Dosen PTN Padang ke WC: Pokoknya Dia Paksa-paksa Aku, https://padang.tribunnews.com/2020/03/07/detik-detik-mahasiswi-ditarik-oknum-dosen-ptn-padang-ke-wc-pokoknya-dia-paksa-paksa-aku?page=all&_ga=2.24866553.2101080145.1583393256-1437069506.1576557746