"Ya udah, aku mikirnya itu yang panas-panas kopi atau teh, karena dia udah pernah minta buatin kopi sebelumnya."
"Ada chatnya. Pertama kali dia ngechat itu minta buatin kopi ke jurusan. Makanya buatin yang panas-panas itu kopi lagi."
T memenuhi permintaan si dosen. "Ya udah, Pak. Bisa, Pak," tutur T.
T sudah merasakan firasat kurang mengenakkan kala itu.
"Firasat gak enak, tapi ya mau gimana. Dia minta buatin kopi. Mikirnya masih positif," terang T.
T menyebut, di bawah tangga banyak teman-temannya sedang duduk-duduk.
Namun si dosen menyuruh pergi ke Pendopo untuk persiapan ujian.
Kata T, teman-temannya tersebut menuruti perintah si dosen.
"Namanya dosen yang ngomong. Dia mengatasnamakan dirinya dosen lo, bukan mengatasnamakan dirinya abang-abang atau siapa. Orang patuh lah sama dia," kata T.
Ketika sampai di depan dapur, si dosen bilang mau ke toilet dan T pun menyilakannya.
"Terus saya dipanggil, ke sinilah dulu. Apa Pak? Ke sinilah sebentar. Ngapain, Pak? Sini-sini, kata dia. Lalu aku ditarik langsung ke dalam WC. Terjadilah," ungkap T.
T sempat menepis dengan tangan. Seperti ketika si dosen mau buka baju, ditepis dengan tangan. Lalu, dorong-dorong dengan bahu.
Namun, si dosen tetap memaksa.
"Pokoknya, dia paksa-paksa aku. Aku bilang, jangan, Pak. Jangan, Pak. Aku gak bisa, Pak. Aku gak pernah sama sekali kek gini. Tolong, Pak. Tolong," ujar T.
"Jangan keras-keras ngomong, terdengar sama orang, kata dia. Tolong Pak, udahlah Pak," ujar T.