Selalu ada dua sisi mata uang dari fenomena teman khayalan.
Wajar jika orangtua merasa khawatir anaknya akan lupa dengan dunia nyata atau melakukan hal-hal nekat.
Namun, di sisi lain, ada manfaat dari memiliki teman khayalan.
Tak perlu terlalu khawatir, tetaplah rileks dan nikmati fase anak memiliki teman khayalan.
Justru kita perlu “berkenalan” dengan teman khayalan mereka.
Tanyakan hal-hal menarik tentang teman khayalan dan bagaimana anak berinteraksi dengannya.
Jika ingin menerapkan peraturan, jangan langsung melakukannya secara berlebihan atau bahkan drastis.
Hal ini bisa memicu anak menyembunyikan teman khayalannya atau bahkan merasa teman khayalan lebih seru ketimbang orangtuanya sendiri.
Beri aturan dengan tetap menyebutkan nama teman khayalan dan apa yang harus dilakukannya.
Semisal, ketika anak menumpahkan air dan ia mengaku yang melakukan adalah teman khayalan, kita bisa menyebut bahwa apa pun yang dilakukan teman khayalannya harus dipertanggungjawabkan oleh dirinya juga.
Hal ini juga memberi porsi tanggung jawab kepada anak.
Ikutlah masuk ke dunia imajinatif anak-anak sehingga mereka merasa tidak ditinggalkan begitu saja hanya dengan teman khayalannya.
Jika suatu saat teman khayalannya sudah tidak ada pun, kita akan tetap menjadi orang pertama yang dicarinya untuk bercerita apa pun dalam hidupnya.
Kuncinya, komunikasi tetaplah yang utama.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketika Anak Punya Teman Khayalan, Ikutlah “Berkenalan”", https://lifestyle.kompas.com/read/2019/11/05/050500720/ketika-anak-punya-teman-khayalan-ikutlah-berkenalan?