Berita Terkini

Pembatasan Internet di Papua Belum Bisa Dicabut, Begini Penjelasan Polri

Editor: Rhendi Umar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Massa demonstran saat merangsak ke halaman DPRD Mimika, Papua, Rabu (21/8/2019).

TRIBUNMANADO.CO.ID - Jaringan komunikasi lewat sambungan internet di Papua belum stabil.

Itu karena penyebaran konten hoaks terkait Papua di internet masih belum mereda. 

Salah satu pertimbangan polisi adalah meningkatnya berita bohong atau hoaks yang diduga menjadi pemicu kerusuhan terjadi.

Polisi mencatat kenaikan signifikan dalam jumlah konten hoaks terkait Papua.

Selama 14-27 Agustus 2019, terdeteksi sebanyak 32.000 konten provokatif terkait Papua di media sosial.

Kemudian, selama 28 Agustus-1 September 2019, tercatat penambahan 20.000 konten hoaks. Total konten hoaks selama periode tersebut sebanyak 52.000.

"Dengan pertimbangan itu, untuk sementara dibatasi dulu, enggak di-blok, dibatasi dulu, guna menghindari berita-berita hoaks itu terus meluas di masyarakat sehingga justru bisa memicu kerusuhan," tutur Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (2/9/2019).

BERITA TERPOPULER: Peluang dan Dampak Bagi Malaysia Setelah Ibu Kota Indonesia Resmi Dipindahkan ke Kaltim, Apa Saja?

BERITA TERPOPULER: Nia Ramadhani Tampil Maraton dengan Suaminya saat Kondangan, Bikin Dia Nggak Diceramah Online Lagi

BERITA TEROPULER: Sandiaga Uno Diusir dan Ditampar Prabowo Subianto? Ini Pengakuan Terbuka Wagub Jakarta ke 30

Selain perkembangan di dunia maya, polisi juga mempertimbangkan situasi di lapangan.

"Di dunia maya sama di sana, ada kaitannya. Dari dunia maya yang sangat masif, jeblok di sana. Ketika ada pembatasan akses internet menurun sangat derastis dan bisa dikendalikan semua kejadian yang ada di lapangan oleh aparat keamanan setempat," tutur dia.

Diketahui sebelumnya, situasi daerah papua kembali mencekam.

Tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur hingga kini masih belum lepas dari sebagian pikiran masyarakat papua.

Ribuan warga di Kota Jayapura, menggelar unjuk rasa, menyikapi dugaan tindakan rasial terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.

Dalam kerusuhan kemarin massa bertindak anarkis.

Tindakan itu meliputi perusakan dan pembakaran sejumlah fasilitas umum.

Massa membakar Kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) dan menjebol Lembaga Pemasyarakatan Abepura.
Kemudian, massa merusak pertokoan di Abepura, serta membakar pertokoan di kawasan Entrop, Jayapura, hingga membakar mobil dan perkantoran di Kota Jayapura.

Halaman
12

Berita Terkini