Tapi menurut David, rupiah masih ada peluang menguat. Sebab, pasar masih menunggu kepastian rencana The Fed memangkas suku bunga acuannya akhir Juli 2019. Dia menilai, pelaku industri menanti rilis data pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, David memproyeksikan, rupiah bergerak di Rp 13.950 - Rp 14.030. Sedangkan Ibrahim memproyeksikan, di Rp 13.950 - Rp 14.010 per dollar AS.
Proyeksi IHSG
Efek Rilis Kinerja Emiten
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah. Selasa (23/7), IHSG turun 0,46% ke 6.403,81. Pelemahan tersebut juga diikuti aksi jual asing senilai Rp 31,06 miliar.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menjelaskan, IHSG melemah karena saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) turun tajam 24%. Saham ini juga menjadi saham laggard terbesar IHSG.
Indeks juga tertekan kinerja keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang hanya naik tipis, sehingga pasar merespons negatif. "Kinerja BBNI di bawah ekspektasi pelaku pasar," kata Suria.
Untuk hari ini, Suria menilai, pasar masih akan memantau rilis kinerja emiten. "PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dijadwalkan merilis Rabu ini," terang dia, Selasa (23/7). Selain itu, rapat FOMC pekan depan juga akan mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini.
Suria memperkirakan, IHSG cenderung bearish dan bergerak di kisaran 6.375-6.500. Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji memprediksi IHSG melemah dan bergerak di antara 6.360,78-6.439,71. (Yasmine M/Akhmad S/Intan Nirmala Sari)