TRIBUNMANADO.CO.ID - Dalam beberapa hari belakangan beredar dokumen bertajuk Risalah Rapat Pengangkatan Menteri Pembantu Presiden Dalam Kabinet Kerja Jilid II Periode 2019-2024. Dokumen berkop Koalisi Indonesia Maju Republik Indonesia tersebut berisi susunan kabinet dan nama materi serta pejabat setingkat menteri.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin, Abdul Kadir Karding, memastikan isi dokumen itu hoax alias palsu. Bagaimana Jokowi mempersiapkan Kabinet Indonesia Kerja Jidil II, melanjutkan pembangunan infrastruktur, dan melakukan reformasi birokrasi, berikut petikan wawancara eksklusif Tim Tribun Network dengan Presiden Jokowi di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (18/7).
Baca: Pencuri 15 Kg Emas Terciduk di Bali: Ini yang Disita Polisi
Kemarin sempat beredar daftar menteri Kabinet Kerja Jilid II, bagaimana komentar Anda?
Ya tanya saja kepada yang mengedarkan. Nggak ada itu (daftar menteri kabinet baru). Memang bisa saja yang lama (menteri lama) ada yang masih dipertahankan. Pasti ada.
PKB kalau nggak salah kan minta jatah 10 menteri?
Minta ya silakan. Mau minta 10 mau minta 30 ya nggak apa-apa.
Apakah memang berani mengangkat orang muda (milenials) menjadi menteri?
Saat ini dunia berubah cepat dan dinamis. Dalam kondisi seperti itu yang dapat merespon paling cepat ya anak muda. Menurut saya warna anak muda perlu kelihatan.
Ya bisa saja umur 20, 25 tahun. Tapi ya harus punya pengalaman managerial. Bukan hanya sekadar muda usia saja. Selain itu juga mampu mengeksekusi program yang telah ditentukan.
Tidak ada rencana atau pemikiran membawa anggota keluarga masuk ke dunia politik?
Baca: Rahasia Sulut United Jaga Keangkeran Klabat
Ikuti Youtube Tribun Manado Tv
Sampai detik ini saya melihat anak-anak saya tidak tertarik ke dunia politik. Gibran (Gibran Rakabuming, anak sulung Jokowi), Kaesang (Kaesang Pengarep, anak bungsu), maupun yang lain senangnya di dunia usaha.
Tapi ya nggak tahu lagi, kalau tahu-tahu besok pagi bilang, "Pak saya kepingin jadi wali kota." Siapa tahu. Minggu depan bilang, "Pak saya siap jadi wali kota."
Kalau ditanya itu, saya akan bilang, ya jadi saja. Saya tidak pernah memaksa anak saya masuk ke dunia politik. Saya serahkan sepenuhnya kepada mereka untuk menentukan pekerjaan dan karier masing-masing.
Kalau tahu-tahu mereka ada yang bilang, "Pak saya siap untuk ikut pilkada," saya bilang maju saja. Itu jawaban saya