Paskah Suzetta, mantan Menneg PPN/Kepala Bappenas membenarkan bahwa ia menerima DOM Rp150 juta.
”Akan tetapi, yang saya pakai hanya 10-20 persen saja. Itu pun untuk pembelian tiket ke daerah ataupun ke luar negeri, bayar polisi untuk pembuka jalan dan lainnya.”
“Tetapi, itu semua ada kuitansi sebagai bukti pemakaian,” ungkap Paskah.
Itu urusan gaji dan tunjangan serta dana taktis sang menteri.
Untuk urusan pelayanan, si menteri juga mendapat ”pelayanan” seorang ajudan yang melekat 24 jam per hari bilamana diperlukan.
Ajudan akan siap melayani menteri, mulai dari siap siaga di depan pintu ruang kerja menteri sampai dengan duduk di kursi depan mobil dinas menteri.
Sebuah Toyota Camry seharga Rp350 juta, berikut seorang sopir, akan menemani menteri ke mana pun pergi.
Ia juga tidak perlu merogoh kantongnya untuk bahan bakar, uang perawatan mobil, dan karcis tol.
”Kalau menteri mau pakai sirene yang ngiung ngiung dan pengawalan, menteri bisa saja meminta bantuan polisi.”
“Otomatis DOM-nya akan banyak terpakai karena dananya dari situ,” ujar Paskah, yang menolak menggunakan sirene dan mobil pembuka atau kendaraan bermotor karena risi.
Hilang rumah
Sebagai menteri yang berasal dari partai politik seperti dirinya, Paskah mengaku harus mengeluarkan dana ekstra yang berasal dari kantong pribadinya.
”Sebagai menteri parpol, kita harus siap mengeluarkan dana apabila ada permintaan sumbangan dari para konstituen di daerah.”
“Juga untuk bantuan-bantuan sosial lainnya jika ada proposal. Kalau ditotal, pengeluaran saya cukup besar selama menjadi menteri. Minimal, saya kehilangan satu rumah,” katanya.
Mantan Menteri Kehutanan MS Kaban justru mempertanyakan ukuran enaknya menjadi menteri atau pejabat.