Tribun: Apa yang menjadi objek penelitian dan berapa lama penelitian dilakukan?
Mawar: Pada penelitian pertama ini hanya sehari semalam. Kami melakukan bertiga, aku dengan rekanku TS, dan Pak HS. Sebenarnya penelitian ini masih tahap survey lokasi ke daerah Batubara dan Mandoge. Penelitian ini tentang kelapa sawit milik PIR dan BUMN. Selama proses survey berlangsung tidak ada kejanggalan yang kurasakan dan besok aku sudah diantar pulang ke Lima Puluh.
Tribun: Benefit apa yang Anda terima setelah penelitian itu?
Mawar: Karena sudah ikut membantu survey proyek tersebut aku diberi Rp 250 ribu sebagai uang capek dan ongkos. Menurutku itu sudah menjadi hakku atas kerjaku sehingga kuterima.
Tribun: Kemudian apa lagi yang terjadi?
Mawar: Seminggu setelahnya, si HS kembali menghubungi aku. Pada hari Selasa tanggal 25 Juli 2017, HS mengajakku bergabung proyek penelitiannya di Serdang Bedagai. Penelitian kali ini tentang BKKBN. Sebelumnya kami berkomunikasi via chat WhatsApp, dia menjelaskan bahwa akan ada tim dan aku mengenal baik orang-orang yang disebutkannya.
Tribun: Apakah kali kedua mengikuti penelitian anda langsung turut serta bersama sang dosen?
Mawar: Aku kembali diizinkan orangtua yang membuatku tertarik untuk kembali ikut karena sebelumnya dia menawarkan untuk mengajariku SSPS. Wajar saja aku tertarik karena memang dalam waktu dekat aku akan skripsian dan aku tahu butuh pengetahuan untuk itu.
Tribun: Kemudian apa yang terjadi?
Mawar: Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 11 pagi. Kami bertemu di RM Cindelaras Serdang Bedagai. Aku juga membawa peralatan mandi dan pakaian di dalam tas punggungku. Pada saat itu aku memakai baju lengan panjang dilapisi jaket dan celana jeans. Setelah kami bertemu sekitar pukul 1 siang, dia bilang untuk makan siang di RM Cindelaras. Saat kutanyakan di mana tim yang lain, dia bilang nanti nyusul. Kemudian kami bergerak ke hotel di seberang RM Cindelaras.
Tribun: Apakah Anda ingat persis lokasi hotel tersebut?
Mawar: Lokasi hotelnya agak melewati RM. Dia mengatakan “kita check in aja dulu biar gak ribet, sore baru bergerak ke masyarakat”. Aku pun menyetujuinya. Pada saat mau check in aku merasa aneh. Ia memesan kamar dengan dua bed dengan alasan lebih murah tapi kutentang dengan alasan tidak nyaman dan pandangan buruk terhadap kami.
Tribun: Bagaimana penolakan yang Anda lakukan?
Mawar: Aku mengira pasti sudah ada dana untuk penelitian, jadi bagaimanapun tidak ada alasan murah. Akhirnya dia setuju check in beda kamar. Setelah melihat kamarnya, dia beralih ke kamarku. Dia minta izin masuk dengan alasan mau diskusi sebentar dan aku diminta membaca kuesioner yang dia buat. Bagiku karena HS yang membuat kurasa tidak ada kesalahan.
Tribun: Kemudian apa yang terjadi?