Berita di Sulut

Jelang Debat, PDIP Sulut Beri Masukan ke TKN Jokowi, Gerindra Paparkan Masalah Kopra ke Hasjim

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Aldi Ponge
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Ma'ruf Amin (kiri) beserta Pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) dan Sandiaga Salahudin Uno (kanan) membacakan ikrar deklarasi damai saat meghadiri Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 di Silang Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 yang diikuti KPU, pasangan Capres dan Cawapres, dan 16 partai politik nasional tersebut mengambil tema 'Kampanye anti SARA dan HOAKS untuk menjadikan pemilih berdaulat agar negara kuat'. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Prabowo hanya meraup suara 620.095 sedang Jokowi meraih 724.553 suara. Bahkan Prabowo rontok di Langowan yang merupakan daerah asal ibunda Prabowo.

Pengamat politik Taufik Tumbelaka mengatakan, debat dalam kontestasi pilpres ini adalah bagian dari upaya pembangunan politik guna meraih kualitas demokrasi.

Lebih melibatkan masyarakat sebagai subjek politik agar dapat melihat, merenung dan berpikir tentang pilihan politik secara objektif sesuai pemahaman.

Hal ini juga bagian dari upaya memikul tanggung jawab bersama akan masa depan negara melalui pemilihan pemimpin yang diyakini akan membawa kecerahan yang semakin baik sesuai ekspektasi publik.

Untuk mencapai target itu, masyarakat perlu dilibatkan. Masyarakat perlu diberikan stimulus agar ketertarikan itu menjadi muncul dengan kuat.

Pada titik ini menjadi tantangan besar bagi penyelenggara pemilu, pasangan kandidat dan tim pemenangannya serta partai politik untuk bisa menciptakan debat yang menarik bukan hanya materinya tapi juga tampilannya memang sesuai selera pemilih pada umumnya.

Jika hal ini bisa berhasil dipenuhi dalam arti memenuhi antusias masyarakat, debat pilpres berikut akan mendapatkan perhatian masyarakat. Jika hal ini terjadi, kualitas demokrasi meningkat.

Sejatinya pemilih menentukan pilihannya karena kesadaran dan pengetahuan yang cukup terhadap pilihan politik. Perlu media seperti debat yang memenuhi harapan masyarakat.

Jika tidak maka sudah dipastikan kualitas demokrasi akan rendah karena para pemilih hanya sekadar memenuhi prosedural kewajiban warga negara, bukan bagian dari pemenuhan hak politik warga negara.

Baca: Kabar Terbaru Vanessa Angel - Dari Nikita Mirzani, Amel Alvi, FNJ Sederet Artis Terlibat Kasus Hot

Lanjut Taufik, ini sama dengan proses politik demokrasi prosedural dengan kata lain pilpres berpotensi sekedar formalitas serimonial, bukan demokrasi substansial.

“Semoga hal ini nantinya tidak terjadi karena pada prinsipnya proses demokrasi itu mahal secara pembiayaan maka wajar kalau ada ekspektasi tinggi akan prosesnya agar ekspektasi masyarakat terpenuhi di mana muaranya adalah kualitas proses menjadi terpenting, bukan hasil akhir,” katanya.

Dengan proses yang berkualitas, maka dipastikan akan muncul kepuasan publik yang kuat, terlepas siapa yang nantinya meraih suara terbanyak dari masyarakat.

Ini semua bagian dari pembangunan politik yang selama ini tampak terabaikan. Momentum debat pilpres bisa dijadikan titik balik guna menjadikan kualitas demokrasi yang sesuai harapan.

Perlu Isu Kontroversi

Pengamat politik dari Unsrat, Ferry Liando menilai, debat calon presiden sebentar lagi. Menarik bagi masyarakat adalah apa yang menjadi pembeda keduanya.

Halaman
1234

Berita Terkini