Perang Dagang AS-China: Dari Dampak Buruk hingga Saatnya Beli Saham

Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping

Ini menyebabkan seluruh rantai produksi nasional yang merupakan turunan dari industri besi-baja-alumunium atau industri yang menggunakan besi-baja-alumunium, seperti industri otomotif menjadi ikut tidak kompetitif.

Ketiga, Industri besi-baja-alumunium Indonesia masih belum bisa memproduksi beberapa jenis besi-baja spesifik seperti besi-baja ringan dan tipis dengan ketahanan tinggi yang diperlukan oleh industri otomotif.

Kalaupun diproduksi oleh Krakatau Steel, menurut Shinta, jumlah produksinya terbatas dan lebih mahal dari harga psar internasional.

“Ketiga faktor ini menyebabkan Indonesia tidak bisa secara irasional meningkatkan proteksi atau batasan impor besi-baja-alumunium karena ini secara tidak langsung akan membunuh industri turunan besi-baja-alumunium,” tandasnya.

Bursa saham juga terkena dampak! Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa hari terakhir membuat investor khawatir untuk masuk ke pasar saham.

Meski demikian, analis menilai ada beberapa saham defensif yang masih bisa dipertimbangkan.

Andri Zakaria Siregar, Head of Technical Analyst PT BNI Sekuritas mengatakan, terdapat beberapa saham yang tak terlalu terdampak dengan penurunan indeks, yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Indeks saham (kontan)

Perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini mencatatkan penurunan yang tak signifikan meski diterpa tren bearish pasar saham.

"Bagi BBCA penurunan indeks sepertinya tak berefek," kata Andri, Jumat (23/3). Menurutnya, saham BBCA masih ada di level Rp 23.000-an per saham dalam beberapa waktu terakhir ini.

Selain itu, secara tradisi, saham konsumer menurut Andri juga memiliki tren yang lebih defensif dibandingkan dengan saham-saham sektor lainnya. PT Unilever Tbk (UNVE) misalnya yang bertahan di krisis-krisis moneter dari tahun ke tahun. Menurutnya, saham UNVR juga sudah mencatatkan kenaikan yang cukup drastis.

Lanjut Andri, beberapa saham big caps sebenarnya sudah bisa dilirik seperti saham BBCA dan JSMR yang sudah mencatatkan penurunan sangat tajam.

Sudah turun tajam, saham-saham ini menarik dikoleksi

IHSG terus mencatatkan penurunan dalam beberapa hari terakhir. Beberapa saham juga sudah turun cukup tajam. Namun demikian, beberapa sektor saham dinilai masih bisa menjadi pilihan.

Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia mengatakan, beberapa sektor masih menarik, terutama saham-saham di sektor keuangan dan konsumer.

"Sedangkan untuk long term kami melihat properti juga menarik terutama BSDE," katanya, Minggu (25/3).

Menurut Frederik, sektor finansial masih baik cukup baik dengan berkaca pada data akhir tahun lalu di mana pertumbuhan kredit dari bank besar mulai meningkat terutama dari segmen korporasi. Rasio kredit macet alias NPL juga mulai menurun. Hal ini merupakan indikasi dari ekspansi bisnis.

Halaman
123
Tags:

Berita Terkini