Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Manado Sulawesi Utara

Kisah Ikra dan Raisa, Siswa SMP di Manado Tak Tahu Harus Sekolah di Mana, Kepsek: Saya Tidak Jamin

Semua sekolah yang didatangi menjawab sama: kuota penuh. Tak ada tempat. Tak ada ruang. Tak ada harapan

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Arthur Rompis/Tribun manado
PERTEMUAN - Ikra dan Raisa serta keluarga saat hearing dengan anggota Komisi IV DPRD Manado, Selasa (15/7/2025). Nasib keduanya terombang-ambing. 

TRIBUNMANADO.CO.ID – Di tengah gemuruh semangat tahun ajaran baru 2025, ada dua anak kecil yang tak bisa tersenyum.

Hari yang seharusnya jadi langkah awal menuju cita-cita, justru berubah jadi labirin tanpa pintu keluar.

MRJF biasa disapa Ikra, dan RPM, adalah dua anak dari Kecamatan Singkil, Kota Manado.

Mereka bukan anak-anak biasa. Keduanya tumbuh dalam keluarga yang berjuang keras di bawah bayang-bayang kemiskinan.

Mereka penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Indonesia Pintar (PIP), bukti nyata bahwa negara tahu, mereka butuh uluran tangan. Tapi tangan itu kini terasa hilang entah ke mana.

Sebelumnya keduanya sudah mendaftar ke SMP Negeri 1 Manado, salah satu sekolah unggulan di kota Manado.

Raisa memilih jalur afirmasi, yang seharusnya menjadi gerbang terbuka bagi anak-anak kurang mampu. Tapi sistem menolaknya. Hanya satu kata yang muncul di layar: “mengusul.”

Hari demi hari berlalu. Anak-anak lain sudah berseragam rapi, berjalan penuh semangat ke sekolah.

Tapi Ikra dan Raisa hanya bisa menatap dari jauh. Di rumah, ibu mereka mulai putus asa. Beberapa sekolah yang tidak jauh dari domisili mereka telah ditelusuri.

Semua menjawab sama: kuota penuh. Tak ada tempat. Tak ada ruang. Tak ada harapan.

"Kasiang ya Allah, baru mo sekolah di mana dang kasiang Ikra," ujar Iyam, ibu dari Ikra dengan suara bergetar, matanya sembab.

"Ikra ingat baik-baik dek, susah sekali mau sekolah, kalau sudah sekolah dengar-dengaran ke guru supaya Ikra mo sukses," ucap Iyam yang dijawab dengan pelukan erat dari Ikra.

Perjuangan mereka sampai ke telinga wakil rakyat. Komisi IV DPRD Kota Manado memanggil mereka. Dalam ruangan ber-AC, mereka duduk gelisah.

Tangan Raisa menggenggam ujung baju ibunya. Harapan kembali tumbuh ketika rapat memutuskan Ikra dan Raisa boleh masuk SMP Negeri 16 Manado.

Setelah rapat usai, mereka berlari kecil menuju sepeda motor usang yang terparkir di halaman DPRD.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved