Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Manado Sulawesi Utara

6 Imam di Keuskupan Manado Ditahbiskan, Berikut Profilnya

"Kasih Tuhan yang menuntun dan tampak lewat bimbingan orang tua, pendidik, dan semua  yang terlibat," katanya.

|
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
Dok. Komisi Komsos Keuskupan Manado
KEUSKUPAN MANADO - Ekaristi Tahbisan Imam di Gereja Katolik Hati Tersuci Maria Katedral Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Sabtu (3/5/2025). Ada enam imam yang ditahbiskan. 

Frater Valentino mengawali panggilannya dengan menempuh pendidikan di Seminari St Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Kota Tomohon.

Lulus dari Seminari Kakaskasen, pria kelahiran 5 Maret 1997 ini melanjutkan pendidikan calon imam di Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus, Tateli, Minahasa.

Setelah itu, ia masuk Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus, Pineleng, Minahasa.

Frater Valentino yang berasal dari Paroki Hati Kudus Yesus Kolongan di Kota Tomohon menyelesaikan pendidikan kesarjanaannya pada Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STFSP).

Untuk tahbisan imamatnya, ia mengambil moto dari kutipan Injil Lukas 24:32 yakni percakapan dua murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus, “Bukankah hati kita berkobar-kobar”.

2. Fr Diakon Frantosius Kadoang

Frater Frantosius berasal dari Paroki Raja Damai, Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMA-nya di sana, ia menjawab panggilannya dengan masuk Seminari Augustinianum, Kota Tomohon.

Tekadnya untuk menjadi imam tetap penuh saat menjalani masa pembinaan di Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli, lalu lanjut ke Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng.

Ia juga menyelesaikan pendidikan kesarjanaan di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.

Pria kelahiran Malino, 19 September 1996, ini merefleksikan perjalanan panggilannya sekaligus menjadi moto tahbisan imamatnya dengan kalimat dari Injil Lukas 5:4 yakni “Duc In Altum” yang berarti “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam”.

3. Fr Diakon Perdianus Poida

Frater Perdi juga berasal dari Paroki Raja Damai Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah.

Pria kelahiran Bentean, 9 Agustus 1996 ini juga menjawab panggilan untuk menjadi imam setelah menempuh pendidikan SMA lalu masuk Seminari Augustianum, Kota Tomohon.

Dari situ ia menjalani tahun rohani di Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved