Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Keuskupan Manado

Profil 6 Calon Imam Keuskupan Manado yang Akan Ditahbiskan, Asal dan Moto Tahbisan

Enam frater diakon Keuskupan Manado akan ditahbiskan sebagai imam. Moto tahbisan imamat mereka merefleksikan perjalanan panggilan masing-masing.

|
Dokumentasi Komsos Keuskupan Manado
Foto dokumentasi tahbisan imam bagi tujuh frater diakon di Gereja Hati Tersuci Maria Katedral Manado pada 13 April 2024. Keuskupan Manado kembali akan menggelar tahbisan imam bagi enam frater diakon di Gereja Katedral Manado pada Sabtu, 3 Mei 2025. 

TRIBUNMANADO.COM, MANADO - Keuskupan Manado akan ketambahan enam imam baru. 

Saat ini, keenam frater diakon yang akan ditahbiskan sedang menjalani retret persiapan.

Perayaan Ekaristi tahbisan imam ini akan digelar di Gereja Katolik Hati Tersuci Maria Katedral Manado, Jalan Sam Ratulangi, Manado, pada Sabtu, 3 Mei 2025, pukul 09.00 Wita.

Direncanakan Uskup Keuskupan Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC akan menahbiskan mereka menjadi imam.

Tahun lalu, tepatnya 13 April 2024, ada tujuh frater diakon yang ditahbiskan menjadi imam.

Mereka ditahbiskan oleh Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang Mgr Petrus Turang Pr yang belum lama ini wafat pada 4 April 2024.

Dari tujuh imam yang ditahbiskan tahun lalu, lima di antaranya dari Keuskupan Manado. Sedangkan dua imam dari kongregasi Misionaris Hati Kudus Yesus.

Adapun pada tahun ini, enam frater diakon yang akan menerima sakramen imamat semuanya dari Keuskupan Manado.

Dari keenam calon imam ini, empat di antaranya berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah.

Berikut profil keenam frater diakon yang akan ditahbiskan:

1. Fr Diakon Valentino Pandelaki

Frater Valentino mengawali panggilannya dengan menempuh pendidikan di Seminari St Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Kota Tomohon.

Lulus dari Seminari Kakaskasen, pria kelahiran 5 Maret 1997 ini melanjutkan pendidikan calon imam di Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus, Tateli, Minahasa.

Setelah itu, ia masuk Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus, Pineleng, Minahasa.

Frater Valentino yang berasal dari Paroki Hati Kudus Yesus Kolongan di Kota Tomohon, menyelesaikan pendidikan kesarjanaannya pada Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STFSP).

Untuk tahbisan imamatnya, ia mengambil moto dari kutipan Injil Lukas 24:32 yakni percakapan dua murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus, “Bukankah hati kita berkobar-kobar”.

2. Fr Diakon Frantosius Kadoang

Frater Frantosius berasal dari Paroki Raja Damai, Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMA-nya di sana, ia menjawab panggilannya dengan masuk Seminari Augustinianum, Kota Tomohon.

Tekadnya untuk menjadi imam tetap penuh saat menjalani masa pembinaan di Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli, lalu lanjut ke Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng.

Ia juga menyelesaikan pendidikan kesarjanaan di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.

Pria kelahiran Malino, 19 September 1996, ini merefleksikan perjalanan panggilannya sekaligus menjadi moto tahbisan imamatnya dengan kalimat dari Injil Lukas 5:4 yakni “Duc In Altum” yang berarti “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam”.

3. Fr Diakon Perdianus Poida

Frater Perdi juga berasal dari Paroki Raja Damai Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah.

Pria kelahiran Bentean, 9 Agustus 1996 ini juga menjawab panggilan untuk menjadi imam setelah menempuh pendidikan SMA lalu masuk Seminari Augustianum, Kota Tomohon.

Dari situ ia menjalani tahun rohani di Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli. 

Tekad Frater Perdi semakin menyala saat menjalani masa pendidikan calon imam di Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng dan pendidikan kesarjanaan pada Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.

Merefleksikan perjalanan panggilannya, ia mengambil kutipan pernyataan dari seorang yang buta sejak lahir namun akhirnya disembuhkan oleh Yesus.

Kata-kata itu, “Aku percaya, Tuhan!” (Yohanes 9:38) menjadi moto tahbisan imamatnya.

4. Fr Diakon Yohanes Bosco Pontoh

Frater Bosco juga berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah. Tepatnya dari Paroki Kristus Raja, Kabupaten Toli-toli.

Panggilannya bermula saat menjalani pendidikan di Seminari St Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Kota Tomohon.

Empat tahun di seminari menengah, pria kelahiran Toli-toli, 29 Januari 1997 itu melanjutkan perjalanan panggilannya ke Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli. 

Ia kemudian melanjutkan masa pembinaan sebagai calon imam di Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng dan pendidikan kesarjanaan di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.

Berkaca dari perjalanan panggilannya, ia memilih perkataan murid Yesus yakni Simon Petrus yang tertulis pada Injil Yohanes 6:68 sebagai moto tahbisan imamat.

Bunyinya, “Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal”.

5. Fr Diakon Christian Theofilus Pontoh

Frater Christian mengutip kalimat singkat “Tuhan memerlukannya” pada Injil Lukas 19:34 sebagai moto imamatnya.

Kalimat itu merefleksikan perjalanan panggilan hidupnya, termasuk saat masuk masa pendidikan di Seminari St Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Kota Tomohon.

Pria kelahiran Tomohon, 22 Juli 1997 ini kemudian memantapkan langkah dengan masuk pendidikan Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli. 

Panggilannya untuk menjadi imam semakin kuat saat menjalani pendidikan di Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng. 

Pemuda asal Paroki Bunda Hati Kudus Woloan, Kota Tomohon, ini juga menyelesaikan pendidikan kesarjanaannya di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.

6. Fr Diakon Gregorius Anselmus Legi

Di antara enam calon imam yang akan ditahbiskan, Frater Gregorius menjadi yang lebih senior.

Pria kelahiran Lolah, 14 Mei 1991 ini menjawab panggilan suci dengan mengawalinya di Seminari Augustinianum, Kota Tomohon.

Tekad yang kuat mengiringi langkahnya masuk pendidikan di Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli. 

Pria yang berasal dari Kuasi Paroki Kristus Raja Damai Napu, Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, ini kemudian melanjutkan pendidikan calon imam di Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng dan pendidikan kesarjanaan pada Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.

Sebagai refleksi atas perjalanan panggilannya, ia mengutip perkataan Yesus saat memanggil para murid-Nya sebagai moto tahbisan, “Marilah dan kamu akan melihatnya” (Yoh 1:39).

Sekretaris Keuskupan Manado Pastor Laurentius Paulus Pitoy MSC mengajak umat bersyukur sekaligus mendoakan persiapan para calon imam dan upacara tahbisan imamat.

“Marilah kita mendoakan keenam frater diakon ini, semoga mereka dengan sungguh-sungguh serta dengan hati yang tulus, siap menerima rahmat tahbisan luhur, imamat yang suci, dan sanggup menghayatinya dalam hidup dan pelayanan mereka sebagai imam,” kata dia.

Selain mendoakan mereka, umat juga diharapkan segera memberitahukan kepada Uskup Manado dan Rektor Seminari Pineleng bila mengetahui adanya halangan untuk tahbisan imamat para calon. (*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved