Perceraian di Sulut
Angka Perceraian di Sulut Tinggi, Pengamat Sosial Sebut Medsos Hanya jadi Kambing Hitam
Bahkan, sudah ada ratusan pasangan di Sulut yang berpisah meski baru memasuki bulan kelima di 2025.
Penulis: Nielton Durado | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Angka Perceraian di Sulut Tinggi, Pengamat Sosial Sebut Medsos Hanya jadi Kambing Hitam
Angka perceraian di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada 2025 masih terbilang tinggi.
Bahkan, sudah ada ratusan pasangan di Sulut yang berpisah meski baru memasuki bulan kelima di 2025.
Salah stau faktor yang menyebabkan perceraian adalah media sosial (medsos).
Meskipun begitu, Pengamat Sosial Sulut Meike Imbar mengatakan medsos hanya dijadikan "kambing hitam" bagi orang-orang yang bercerai.
Menurutnya, medsos seyogyanya merupakan salah satu wadah aktualisasi manusia diera modern sekaligus memperluas jejaring pertemanan dengan insan global.
Namun, namanya media pasti ada plus minusnya tergantung pada manusia yang menggunakannya.
Jejaring pertemanan mestinya disikapi positif dan menghindari dampak negatifnya.
Seperti kecanduan pemanfaatan tanpa batas waktu atau membuka celah untuk hubungan hubungan terlarang.
"Manusia penentunya. Jika medsos dituding sebagai pemicu tingginya angka perceraian, itu sebenarnya dijadikan kambing hitam," ujarnya via telepon, Jumat 2 Mei 2025.

"Medsos sebenarnya netral," tambahnya.
Ia mengatakan dalam pernikahan pasutri dipanggil untuk memberdayakan pernikahannya ke hal hal positif.
Ketika menikah semua pasutri dengan kesadaran mengucapkan ijab kabul ataupun janji pernikahan di hadapan pemuka agama.
"Kesadaran ini bukan permainan atau sandiwara," tuturnya.
Meike menegaskan tidak ada pernikahan yang sempurna.
Juga tidak ada pasangan baik suami atau istri yang paripurna.
Pasutri dipanggil untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.
Jadi, jika pergaulan dimedsos melenceng ke arah negatif dan berujung pada divorce, itu menunjukkan manusia nya berumah tangga dengan "sumbu pendek" alias tidak dewasa, tidak matang, tidak siap menghadapi lika-liku berumah tangga.
"Selain itu pasangan tersebut tidak paham koridor moral etika pernikahan," katanya lagi.
Untuk mencegah atau menghindari perceraian, pasutri harus tetap tinggal dengan cintanya.
Menikah dengan orang yang dicintai, dan mencintai orang yang dinikahi sampai maut memisahkan.
Selain itu, dukungan keluarga dan lembaga keagamaan dalam mengawal keluarga keluarga muda itu sangat diperlukan. Dukungan bukan intervensi.
"Dukungan moril memberikan energi bagi pasutri untuk terus maju dan bertahan dalam pergulatan berumahtangga," tandasnya.
Di Manado, sebanyak 100 pasangan suami istri bercerai dalam selang waktu bulan Januari hingga Maret 2025.
Data yang dihimpun Tribunmanado.co.id, dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) kota Manado, perceraian terbanyak terjadi pada Februari.
Sebanyak 35 pasangan bercerai. Pada bulan Januari, terjadi 34 kasus cerai.
Sedangkan pada Maret, 31 perceraian.
Kadisdukcapil Manado Erwin Kontu melalui seorang staf menuturkan, penyebab cerai macam macam.
Dari percekcokan, masalah ekonomi hingga orang ketiga.
"Paling banyak masalah percekcokan, KDRT dan ekonomi" kata dia.
Salah seorang wanita yang enggan disebut namanya, bercerita, ia hendak mengurus cerai dari suaminya.
Sang suami ketahuan berselingkuh.
"Ia juga sudah tidak memberi nafkah pada saya dan anak saya," kata dia.
Si wanita mengaku sesungguhnya berat bercerai.
Pertimbangannya adalah sang anak.
"Tapi mau bagaimana lagi, saya harus move on, meski itu berat," katanya. (Nie/Art)
Baca Berita Lainnya di: Google News
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya
Cerita di Minahasa Sulut, Pernikahan Kandas Setelah 10 Tahun: Antara Harapan dan Pengkhianatan |
![]() |
---|
Penyebab Angka Perceraian Meningkat di Sulawesi Utara Menurut Psikolog Klinis Hanna Monareh |
![]() |
---|
Ada 164 Perkara Perceraian di Kotamobagu Sulut Sepanjang 2024, Ini Penyebab Paling Banyak |
![]() |
---|
Angka Perceraian di Sulawesi Utara Tinggi, Ini Analisis dan Solusi Psikolog Preysi Siby |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.