Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Manado Hari Ini

Berita Populer Manado : Dana Revitalisasi DAS Ditarik, Pembebasan Lahan Tak Kunjung Selesai

Batas pelaksanaan proyek adalah pada 2028. Kendati demikian, pihaknya berupaya menyelesaikan proyek itu dengan bekerja sama dengan BPN dan pihak lain.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Handhika Dawangi
Kolase/Tribun Manado/Arthur Rompis/HO
KONSULTASI PUBLIK - Pemerintah kota Manado, provinsi Sulawesi Utara (Sulut), gelar konsultasi publik Ranwal RPJMD 2025 - 2029 dan RKPD 2026 di ruang serba guna Pemkot Manado, Rabu (26/3/2025). Hadir Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi 1 Sugeng Harianto, Walikota Manado Andrei Angouw dan Wawali Richard Sualang (Foto : Arthur Rompis/Tribun Manado). Foto insert DAS. (BWS Sulawesi I) 

Kategori Darurat

Kepala Pusat Kajian Bencana dan Pengelolaan SDA Universitas Prisma Manado, Agus Budiharso mengatakan, revitalisasi daerah aliran sungai (DAS) di Manado sudah masuk kategori darurat. 

Kondisi sungai yang semakin menyempit dan mengalami sedimentasi tinggi membuat proyek ini tak bisa lagi ditunda. Ini proyek yang sangat urgen mengingat permasalahan banjir yang semakin parah setiap tahunnya.

Ada tiga faktor utama yang membuat proyek ini mendesak. Pertama, kapasitas sungai menurun. Ini berarti risiko banjir meningkat. Sungai Tikala, Tondano, dan Sario merupakan aliran utama yang melintasi Kota Manado

Namun, sedimentasi yang tinggi, pendangkalan sungai, serta perubahan tata guna lahan di sekitarnya telah menyebabkan daya tampung sungai berkurang drastis. Akibatnya, saat curah hujan tinggi, air dengan mudah meluap dan menyebabkan banjir di berbagai titik kota.

Topografi Manado yang berbukit dengan daerah hilir yang padat penduduk membuat aliran air semakin tidak terkendali. Sungai yang seharusnya menjadi jalur utama pembuangan air justru sudah tidak mampu menampung debit yang besar, apalagi jika hujan turun dalam durasi yang lama,” kata Agus.

Kedua, dampak sosial dan ekonomi yang serius. Banjir di Manado bukan hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur, tetapi juga berdampak besar pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Setiap kali banjir datang, banyak warga yang terpaksa mengungsi, kehilangan tempat tinggal, serta mengalami kerugian materiil yang besar.

Bukan hanya rumah yang terdampak, tetapi juga tempat usaha dan fasilitas publik. Ini menimbulkan efek domino yang besar. Warga kehilangan mata pencaharian, pemerintah harus mengeluarkan biaya besar untuk penanganan pasca-banjir, dan ekonomi kota pun terganggu.

Jika proyek revitalisasi DAS terus tertunda, jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk menangani dampak banjir setiap tahun justru bisa jauh lebih besar daripada anggaran yang dibutuhkan untuk revitalisasi itu sendiri.

Ketiga, perubahan iklim memperburuk kondisi. Perubahan iklim global turut berkontribusi pada meningkatnya intensitas hujan di wilayah Sulawesi Utara, termasuk Manado. Jika infrastruktur tidak diperbaiki segera, dalam beberapa tahun ke depan, banjir bisa menjadi bencana yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. 

Kita melihat tren curah hujan semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ini artinya, risiko banjir di Manado juga semakin tinggi. 

Beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan kendala, terutama terkait dengan pembebasan lahan dan keterbatasan anggaran.

Pertama, pendekatan sosial yang humanis. Relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai harus dilakukan dengan pendekatan yang humanis. Pemerintah harus berdialog dengan masyarakat, memastikan mereka mendapatkan kompensasi yang layak, serta menyediakan hunian alternatif yang lebih aman dan layak huni.

Kedua, skema pendanaan alternatif. Pemerintah tidak bisa hanya bergantung pada APBN dan APBD. Harus ada upaya untuk mendapatkan pendanaan dari sektor swasta melalui skema public-private partnership (PPP), serta mencari hibah dari lembaga internasional yang berfokus pada pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana.

Ketiga, perbaikan infrastruktur drainase. Selain revitalisasi sungai, sistem drainase perkotaan juga harus diperbaiki. Sebaiknya sistem drainase dibuat dengan menyesuaikan aliran alami wilayah agar air dapat mengalir lebih lancar tanpa menyebabkan genangan di daerah rendah.
Keempat, rehabilitasi ekosistem sungai. Selain pengerukan sungai, langkah penghijauan di daerah hulu serta penguatan tanggul alami juga diperlukan untuk mengurangi risiko banjir dan memperbaiki kualitas lingkungan sekitar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved