Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Studi Baru Mengungkap Warna Merah Karat pada Planet Mars

Mars mudah dikenali di langit malam karena rona merahnya yang khas. Faktanya, warnanya sangat erat kaitannya dengan planet itu.

Editor: Arison Tombeg
Kolase TM/AP/Illustration: NASA/JPL-Caltech
MARS - Foto ilustrasi. Mars mudah dikenali di langit malam karena rona merahnya yang khas. Faktanya, warnanya sangat erat kaitannya dengan planet itu. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Mars mudah dikenali di langit malam karena rona merahnya yang khas. Faktanya, warnanya sangat erat kaitannya dengan planet itu seperti halnya lautan Bumi atau cincin Saturnus.

Berkat eksplorasi wahana antariksa selama puluhan tahun, para ilmuwan mengetahui bahwa warna merah ini berasal dari debu yang kaya akan zat besi, senyawa yang sama yang memberi warna kemerahan pada karat dan bahkan darah.

Keberadaan oksida besi menunjukkan bahwa besi di bebatuan Mars pernah bereaksi dengan air cair atau dengan oksigen di atmosfer planet, mirip dengan pembentukan karat di Bumi.

Selama miliaran tahun, oksida besi ini terurai menjadi debu halus, yang kemudian terbawa angin kencang ke seluruh permukaan planet—proses yang masih berlanjut hingga saat ini.

Angin ini, bersama dengan aktivitas vulkanik di masa lampau Mars, membantu menyebarkan debu, membentuk penampakan khas planet ini.

Dikutip YNet, para ilmuwan masih memperdebatkan sumber oksigen dalam oksida besi Mars dan apakah hal itu menunjukkan bahwa planet itu pernah layak huni.

Salah satu teori utama menyatakan bahwa Mars pernah memiliki lautan yang luas, dan air yang berinteraksi dengan senyawa besi di permukaannya mungkin telah memindahkan atom oksigen, yang memicu proses pengaratan.

Akan tetapi, penelitian terdahulu yang didasarkan pada pengamatan jarak jauh gagal menemukan bukti langsung tentang peran air cair dalam oksidasi ini.

Pada tahun 2004, NASA menemukan partikel hematit di Mars—mineral yang berwarna merah dan sering terbentuk di dalam air. Para peneliti yakin hal ini mendukung gagasan bahwa Mars memiliki air cair miliaran tahun yang lalu.

Kini, sebuah studi baru yang diterbitkan di Nature Communications menunjukkan bahwa warna merah Mars lebih baik dijelaskan oleh jenis oksida besi yang berbeda, yang disebut ferrihidrit, yang mengandung air.

Penulis utama studi Dr Adomas Valantinas dari Universitas Brown mengatakan bahwa para peneliti mencoba menciptakan kembali debu Mars di laboratorium menggunakan berbagai jenis oksida besi.

"Kami menemukan bahwa ferrihidrit yang dicampur dengan basal, batuan vulkanik, paling cocok dengan mineral yang terlihat oleh wahana antariksa di Mars," katanya.

"Implikasi utamanya adalah karena ferrihidrit hanya dapat terbentuk saat air masih ada di permukaan, Mars berkarat lebih awal dari yang kita duga sebelumnya. Selain itu, ferrihidrit tetap stabil dalam kondisi Mars saat ini."

Untuk menirukan debu Mars, Valantinas dan timnya menggunakan teknik penggilingan canggih untuk menggiling partikel hingga berukuran hanya 1/100 kali lebar rambut manusia.

Mereka kemudian menganalisis sampel menggunakan teknik yang sama yang digunakan oleh wahana antariksa yang mengorbit Mars, dan akhirnya mengidentifikasi ferrihidrit sebagai yang paling cocok.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved