Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wajib Tahu

Akibat Perubahan Iklim, Salju di Puncak Gunung Jayawijaya Papua Diprediksi Akan Hilang 2 Tahun Lagi

Puncak Jayawijaya, atau lebih dikenal dengan nama Carstensz Pyramid, memiliki salju abadi yang telah ada selama ribuan tahun.

Arfani Mujib
CARSTENSZ PYRAMID: Asal-usul nama Cartensz Pyramid untuk Gunung Puncak Jaya Papua. Akibat Perubahan Iklim, Salju di Puncak Gunung Jayawijaya Papua Diprediksi Akan Hilang 2 Tahun Lagi 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Salju di puncak Gunung Jayawijaya, Papua, yang merupakan satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki salju abadi, akan hilang dalam waktu dua tahun ke depan. 

Puncak Jayawijaya, atau lebih dikenal dengan nama Carstensz Pyramid, memiliki salju abadi yang telah ada selama ribuan tahun.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa gletser di sana telah mengalami penurunan volume yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

Jika tren pemanasan global terus berlanjut, salju di puncak tersebut diperkirakan akan hilang dalam dua tahun mendatang, yang tentunya akan menjadi kehilangan besar bagi keanekaragaman alam di Indonesia.

Baca juga: Jadi Puncak Tertinggi Indonesia dan Rumah bagi Salju Abadi, Ternyata Ini Asal Nama Carstensz Pyramid

Perubahan iklim ini bukan hanya mempengaruhi puncak gunung, tetapi juga berdampak pada ekosistem dan kehidupan masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam di daerah tersebut.

Mengurangi emisi gas rumah kaca dan upaya mitigasi perubahan iklim menjadi semakin penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Mozes Kilangin, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, memperkirakan salju di Puncak Jayawijaya akan hilang pada tahun 2026.

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Moses Kilangin Mimika, Reza menyampaikan, menurut hasil penelitian terbaru BMKG Pusat, pada tahun 2022 luasan salju di puncak tersebut mencapai 0,23 kilometer persegi.

Angka tersebut menunjukkan penyusutan sekitar dari 0,11 kilometer persegi sampai 0,16 meter persegi.

"Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pencairan salju ini semakin signifikan, untuk ketebalan salju yang tersisa hanya empat meter," ucap Reza, dilansir dari Antara, Selasa (17/12/2024).

Perubahan iklim dan curah hujan jadi penyebab

Faktor penyebab kemungkinan hilangnya salju di puncak Jayawijaya, selain perubahan iklim, adalah curah hujan yang tinggi.

Adapun curah hujan yang tinggi memengaruhi percepatan pencairan salju, penurunan luasa, dan ketebalan salju.

"Dulu embun dan uap air di Puncak Jayawijaya akan membeku menjadi salju, namun sekarang hujan lebih sering turun di Puncak Jayawijaya ini justru mempercepat pencairan es," kata Reza.

Tidak hanya itu, proses pencairan salju juga disebabkan oleh kombinasi hujan, panas bebatuan, dan perubahan iklim.

"Jadi ada dua faktor utama yakni pencairan dari atas karena hujan dan pencairan dari bawah akibat panas bebatuan dan dampak pencairan salju diprediksi akan dirasakan di pegunungan dan dataran rendah," jelas Reza.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved