Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

14 Februari 1926, Wolter Mongisidi Lahir, Pejuang Indonesia Asal Manado yang Gugur di Makassar

Saat proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta, Wolter Monginsidi ada di Makassa

|
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Petrick
PEJUANG: Patung Wolter Monginsidi di Kota Manado, Sulawesi Utara diabadikan pada tahun 2024. Robert Wolter Mongisidi adalah pejuang kemerdekaan Republik Indonesia asal Manado, Sulawesi Utara yang gugur di Makassar. 

Dengan keberanian dan kepintaran yang dimiliki Monginsidi, beliau dipercaya untuk memimpin pertempuran melawan Belanda dan menjadi sosok yang disegani.

Pada17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS dengan Wolter Monginsidi sebagai ketuanya.

Pasukan LAPRIS kerap mempermalukan Belanda.

Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947.

Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya.

Setia hingga Akhir dalam Keyakinan

Tanggal 5 September 1949, di Pacinang, Kota Makassar, Wolter Mongisidi menjalani hukuman mati yang dijatuhkan pengadilan kolonial Belanda. 

Saat akan dieksekusi, Wolter Mongisidi meminta untuk tidak dipakaikan penutup mata. Ia ingin melihat peluru musuh menembus tubuhnya.

Dengan mantap, Wolter Mongisidi maju ke tempat pelaksanaan eksekusi. Tangan kirinya menggenggam Alkitab.

Tatapan matanya tajam, tiada ketakutan yang terpancar di sana. Nyali seorang Bantik benar-benar mendarah daging dalam dirinya. 

Setelah tiga kali pekik merdeka, delapan peluru menyusul menembus raganya.

Sang Tuama Bantik rebah. Ia gugur pada usia 24 tahun.

Ditemukan sebuah kalimat dalam secarik kertas yang terselip pada Alkitab yang dibawanya.

Kalimat yang kelak menjadi salah satu slogan prajurit TNI, yakni "Setia hingga Akhir di Dalam Keyakinan" 

Setelah Belanda hengkang, jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar pada 10 November 1950.

Pada 6 November, 1973 Robert Wolter Mongisidi mendapatkan anugerah gelar Pahlawan Nasional Pemerintah Indonesia.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved