Sejarah
Sejarah Klenteng Ban Hin Kiong Manado, Pertama di Sulawesi Utara, Dibangun Sejak Era Dinasti Qing
Klenteng Ban Hin Kiong yang berada di Kampung Cina Manado merupakan klenteng tertua di Sulawesi Utara.
Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pada masa ketika Tiongkok masih diperintah oleh raja-raja dari suku Manchuria (Dinasti Qing), di Manado berdiri sebuah bangunan yang menandai keberadaan komunitas Tionghoa di Semenanjung Utara Pulau Sulawesi.
Bangunan tersebut adalah Klenteng Ban Hin Kiong. Terletak di Pecinan atau Kampung Cina, di Jalan D I Panjaitan, Calaca, Kecamatan Wenang, Manado, Sulawesi Utara.
Arsitekturnya yang khas tiongkok klasik nampak mencolok di tengah modernitas Kota Manado.
Ban Hin Kiong terdiri dari tiga kata yakni “Ban” yang berarti “banyak”, “Hin” berarti “berkah berlimpah”, dan “Kiong” berarti “istana”. Jadi Ban Hin Kiong bisa diartiken sebagai Istana dengan Banyak Berkah.
Awalnya, kelenteng ini hanya berbentuk gubuk kecil.
Seiring berjalannya waktu dan jumlah etnis Tionghoa di Manado semakin berkembang, maka kelenteng tersebut dibangun lebih besar dalam bentuk permanen dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini.
Sejak zaman Dinasti Qing

Dinasti Qing sendiri adalah kerajaan terakhir di daratan Tiongkok sebelum akhirnya digulingkan oleh kaum Republik yang terdiri dari orang-orang Nasionalis dan Komunis.
Dinasti Qing resminya berdiri pada tahun 1636 dan berakhir pada tahun 1912 atau 1917 digantikan oleh pemerintahan Republik Tiongkok yang digagas oleh Sun Yat-sen.
Menurut catatan resmi Pemerintah Sulawesi Utara, Kelenteng Ban Hin Kiong didirikan pada abad ke-18 tepatnya pada 1819, saat Dinasti Qing masih eksis di daratan Tiongkok.
Namun beberapa tokoh Tri Dharma menyebut kelenteng ini dipercaya sudah ada sejak awal masa pemerintahan Dinasti Qing, yakni sekitar tahun 1680-an.
Bila apa yang dikatakan ini benar, maka Ban Hin Kiong bukan hanya kelenteng tertua di Semenanjung Utara Sulawesi, melainkan yang tertua di Indonesia Timur.
Sempat Hancur dan Menyisahkan Patung Dewa Umur Panjang
Tercatat bangunan Ban Hin Kiong sempat hancur dua kali. Pertama, akibat Perang Dunia II pada 1944.
Kedua mengalami kebakaran besar pada tahun 1970.
Akibatnya peristiwa tersebut banyak dokumen-dokumen penting termasuk dokumen sejarah yang turut sirna dalam tragedi kebakaran ini.
Menurut pengelola kelenteng, kejadian tersebut hanya menyisakan satu patung, yaitu patung Dewa Umur Panjang.
Setelah kejadian pembakaran tersebut, Nyong Loho yang merupakan ketua pembangunan kelenteng Ban Hin Kiong, memulai pembangunan kembali kelenteng.
Kisah Supriyadi, Menhan & Panglima Tentara RI Pertama yang Tak Pernah Muncul, Pejuang PETA di Blitar |
![]() |
---|
Sejarah Hari Lahir TNI 5 Oktober 1945: Berawal dari Badan Keamanan Rakyat yang Dibentuk PPKI |
![]() |
---|
Kisah Samurai Legendaris Inspirasi Karakter Rurouni Kenshin, Disingkirkan Pemerintah yang Ia Bela |
![]() |
---|
Perdebatan Jumlah Korban Jiwa Tragedi Kemanusiaan Pasca-G30S 1965 |
![]() |
---|
Soe Hok Gie tentang Tahanan Politik Setelah G30S: Kita Tak Lebih Baik dari Pemerintah Hindia Belanda |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.