Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Perusahaan Medsos Tiongkok, Weibo Hadapi Pengawasan Ketat atas Ujaran Kebencian

Bagi salah satu pengguna platform media sosial Tiongkok, Weibo, masalahnya ada pada orang Amerika.

Editor: Arison Tombeg
Kolase Tribun Manado
Logo aplikasi media sosial Tiongkok Weibo ditampilkan di ponsel pada 7 Desember 2021. Bagi salah satu pengguna platform media sosial Tiongkok, Weibo, masalahnya ada pada orang Amerika. 

Beberapa blogger dan pengguna media sosial Tiongkok telah menelusuri akar sentimen negatif terhadap orang Jepang hingga apa yang mereka sebut sebagai “pendidikan kebencian” tentang Jepang, termasuk pelanggaran yang dilakukannya di Tiongkok pada masa kekaisaran.

Wang mengatakan tindakan Jepang selama Perang Dunia II sangat memengaruhi jiwa nasional Tiongkok.

“Jepang melancarkan invasi dalam Perang Dunia Kedua yang menewaskan puluhan juta orang Tiongkok, dan hal itu masih ada dalam pikiran banyak orang Tiongkok hingga saat ini,” katanya.

“Bagi sebagian orang, ada perasaan bahwa Jepang belum berbuat cukup banyak untuk menebusnya.”

Namun, beberapa warga Tiongkok berpendapat bahwa kekejaman Jepang tidak boleh digunakan untuk membenarkan sentimen kebencian terhadap orang Jepang saat ini.

"Saya pikir kita perlu mengubah cara kita menghadapi masa lalu jika kita ingin mengurangi ujaran kebencian," kata Tina Wu, seorang manajer media sosial berusia 29 tahun di Shanghai, kepada Al Jazeera.

Meskipun ujaran kebencian bukan satu-satunya masalah di internet Tiongkok, platform media sosial Tiongkok, tidak seperti di AS, beroperasi dalam lingkungan yang sangat disensor, tempat tindakan keras terhadap topik sensitif terjadi secara terus-menerus.

Menurut laporan tentang 72 negara oleh lembaga nirlaba Freedom House yang berbasis di AS, Tiongkok memiliki lingkungan internet paling tidak bebas di dunia bersama dengan Myanmar.

Pada tahun 2020, lebih dari 35.000 kata yang terkait dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping saja menjadi sasaran penyensoran, menurut China Digital Times.

Devine mengatakan meskipun beberapa komentar yang mengandung kebencian dapat disensor, konten yang mencerminkan posisi resmi pemerintah Tiongkok cenderung tidak akan dihapus.

Ia mengatakan tidak yakin bahwa janji perusahaan teknologi Tiongkok untuk menindak xenofobia dan ujaran kebencian akan banyak mengubah penyebaran konten tersebut.

"Pada saat yang sama, perusahaan teknologi ingin menghindari biaya tambahan untuk mengawasinya," katanya.

Apa pun insentifnya, platform media sosial dengan lebih dari satu miliar pengguna aktif tidak dapat secara realistis memberantas setiap contoh ujaran kebencian, kata Wang.

"Ada begitu banyak informasi dan terus-menerus ditambahkan sehingga tidak ada cara untuk memberantas atau menghilangkan semuanya," katanya dikutip Al Jazeera.

"Bahkan kapasitas moderasi Tiongkok pun ada batasnya."

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved