Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

UNESCO: Mayoritas Pembuat Konten Media Sosial Abaikan Pemeriksaan Fakta

UNESCO mengungkapkan hampir setengah responden mengandalkan 'like' untuk menginformasikan pilihan konten. 

Editor: Arison Tombeg
Kolase Tribun Manado
Ilustrasi. UNESCO mengungkapkan hampir setengah responden mengandalkan 'like' untuk menginformasikan pilihan konten.  

TRIBUNMANADO.CO.ID - Survei Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO mengungkapkan hampir setengah responden mengandalkan 'like' untuk menginformasikan pilihan konten

Sekitar 62 persen pembuat konten digital tidak melakukan pemeriksaan fakta yang ketat sebelum membagikan informasi, ungkap sebuah studi oleh UNESCO yang diterbitkan pada hari Selasa.

Survei tersebut, yang melibatkan 500 influencer dari 45 negara, menindaklanjuti temuan Pew Research Center bahwa 21 persen orang Amerika memperoleh berita dari influencer daring—angka yang meningkat menjadi 37 persen di antara mereka yang berusia di bawah 30 tahun.

"Survei tersebut menemukan bahwa pembuat konten mengalami kesulitan dalam menentukan kriteria terbaik untuk menilai kredibilitas informasi yang mereka temukan secara daring," kata UNESCO

"Sebanyak 42 persen responden mengatakan bahwa mereka menggunakan jumlah 'like' dan 'share' yang diterima sebuah unggahan di media sosial sebagai indikator utama. Sebanyak 21 persen merasa senang untuk membagikan konten kepada audiens mereka jika konten tersebut dibagikan oleh teman-teman yang mereka percaya, dan 19 persen mengatakan bahwa mereka mengandalkan reputasi penulis atau penerbit konten asli."

Menurut survei, sepertiga penyedia konten tidak mengetahui asal informasi yang mereka bagikan dan hanya 37 persen yang mengatakan mereka memvalidasi informasi sebelum memposting.

Studi ini juga menemukan bahwa hampir 6 dari 10 influencer (51,8 persen) menggunakan pengalaman pribadi sebagai sumber konten utama, sementara hanya 39 persen yang mendasarkan postingan mereka pada penelitian atau wawancara dengan individu yang berpengetahuan.

"Pembuat konten digital telah memperoleh tempat penting dalam ekosistem informasi, melibatkan jutaan orang dengan berita budaya, sosial, atau politik. Namun, banyak yang kesulitan menghadapi disinformasi dan ujaran kebencian daring serta menuntut lebih banyak pelatihan," kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay belum lama ini dikutip YNet. (Tribun)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved