Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

AS Sampaikan Pesan Keras ke Israel setelah Embargo Senjata dari Eropa

Prancis, Italia dan negara Eropa lainnya telah memberlakukan embargo senjata terhadap Israel, tetapi ancaman baru Amerika Serikat.

Editor: Arison Tombeg
Kolase Tribun Manado
Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Prancis, Italia dan negara Eropa lainnya telah memberlakukan embargo senjata terhadap Israel, tetapi ancaman baru Amerika Serikat. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Tel Aviv - Prancis, Italia dan negara Eropa lainnya telah memberlakukan embargo senjata terhadap Israel, tetapi ancaman baru Amerika Serikat atau AS untuk memberlakukan embargo serupa jika bantuan kemanusiaan tidak dikirim ke Gaza sangatlah tidak biasa.

Pejabat Israel mengatakan Selasa malam bahwa ini adalah surat paling keras yang pernah dikirim Amerika Serikat kepada Israel dalam beberapa dekade, terutama dengan ancaman untuk menghentikan pasokan senjata. Israel harus segera mengambil tindakan signifikan untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan guna menghindari krisis dengan AS.

Itamar Eichner dari YNet melaporkan, menurut pejabat Israel, tidak ada perubahan substansial dalam kebijakan Israel terkait bantuan kemanusiaan ke Gaza. Mereka mengaitkan surat keras itu dengan kurangnya kepercayaan pemerintah AS terhadap niat Israel.

Pejabat AS dilaporkan khawatir bahwa Israel berencana untuk membuat Gaza kelaparan, sejalan dengan apa yang disebut " Rencana Jenderal" yang diusulkan oleh pensiunan Mayor Jenderal IDF Giora Eiland , yang melibatkan isolasi Gaza utara.

Israel telah menyingkirkan sektor swasta dari penyaluran bantuan dan menutup jalur penyeberangan di Gaza utara, yang menyebabkan penurunan signifikan jumlah truk bantuan yang memasuki wilayah Palestina tersebut. Hal ini menimbulkan kecurigaan di Washington bahwa Israel sengaja membatasi bantuan. 

Diskusi baru-baru ini tentang pengelolaan penyaluran bantuan oleh IDF tidak banyak membantu meredakan kekhawatiran tersebut.

Latar belakang situasi ini adalah krisis kepercayaan yang berkembang antara Gedung Putih dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Khususnya, surat dari Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin ditujukan kepada Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, tanpa melibatkan Netanyahu.

Surat tersebut menuntut Israel mengambil langkah konkret untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza dalam waktu 30 hari. Selain memastikan pengiriman bantuan secara teratur, AS juga meminta Israel untuk mengizinkan kunjungan Palang Merah ke tahanan Palestina dan menghentikan undang-undang Knesset yang akan mencegah badan bantuan Palestina UNRWA beroperasi di Israel.

Implikasi yang lebih dalam dari surat Blinken-Austin adalah bahwa jika Israel tidak mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza utara dalam waktu 30 hari, Israel dapat menghadapi krisis senjata yang parah, karena AS terus menunda pengiriman bom berat. Kegagalan memenuhi tuntutan AS dapat membahayakan keberlanjutan bantuan militer, yang memerlukan persetujuan dari Blinken dan Austin.

Surat tersebut mengutip Pasal 620i Undang-Undang Bantuan Luar Negeri, yang melarang bantuan militer ke negara-negara yang menghalangi bantuan kemanusiaan AS. Surat tersebut juga merujuk pada memorandum keamanan nasional yang dikeluarkan oleh Presiden Joe Biden pada bulan Februari, yang mengharuskan Departemen Luar Negeri untuk melaporkan kepada Kongres tentang kepatuhan Israel terhadap hukum AS dan internasional dalam penggunaan senjata Amerika.

Para pejabat senior mengatakan surat itu tidak mengejutkan, karena AS telah memperingatkan Israel selama berminggu-minggu bahwa mereka sedang menuju ke arah ini. Mereka menggambarkannya sebagai "peringatan" bagi Israel untuk mematuhi undang-undang AS, dengan mencatat bahwa kemampuan pemerintah untuk menyediakan amunisi dapat dibatasi.

Dalam surat mereka, Blinken dan Austin menekankan bahwa Departemen Luar Negeri dan Pertahanan AS diharuskan untuk terus mengevaluasi kepatuhan Israel terhadap komitmennya untuk "memfasilitasi dan tidak secara sewenang-wenang menolak, membatasi atau menghalangi, secara langsung atau tidak langsung, transportasi atau pengiriman bantuan kemanusiaan Amerika Serikat dan upaya internasional yang didukung pemerintah AS untuk memberikan bantuan kemanusiaan" ke Gaza.

"Kami sekarang menulis untuk menggarisbawahi keprihatinan mendalam pemerintah AS atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza dan mengupayakan tindakan mendesak dan berkelanjutan oleh pemerintah Anda bulan ini untuk membalikkan keadaan ini," tulis pejabat Amerika tersebut.

"Meskipun pada bulan Juli terjadi transisi dari operasi tempur ke Operasi Kontraterorisme Khusus di Jalur Gaza, sejumlah perintah evakuasi telah memaksa 1,7 juta orang mengungsi ke jalur pantai sempit dari Muwasi hingga Deir al-Balah. Kepadatan penduduk yang ekstrem telah menempatkan warga sipil ini pada risiko penularan yang mematikan," menurut surat tersebut.

"Kami khususnya prihatin bahwa tindakan pemerintah Israel baru-baru ini berkontribusi terhadap percepatan kemerosotan kondisi di Gaza," kata surat itu juga.
Sejak jaminan Israel pada bulan Maret dan surat berikutnya pada bulan April, yang telah menyebabkan perbaikan dalam pengiriman bantuan, jumlah bantuan yang masuk ke Gaza telah turun lebih dari 50 persen, menurut surat tersebut. Pengiriman bantuan pada bulan September dilaporkan merupakan yang terendah dalam setahun.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved