Seputar Polri
Sosok Jeanne Mandagi Polwan Pertama Tembus Jajaran Perwira Tingi Polri, Ternyata Orang Manado
Jeanne Mandagi merupakan keturunan asli Minahasa, lahir pada tanggal 2 April 1937 di Manado, Sulawesi Utara.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut ini adalah sosok Jeanne Mandagi.
Jeanne Mandagi adalah polisi wanita (polwan) pertama menembus jajaran perwira tinggi Polri.
Ia juga menyandang pangkat brigadir jenderal (Brigjen).
Brigjen Jeanne Mandagi merupakan lulusan UI bergelar Sarjana Hukum.
Brigjen Jeanne Mandagi merupakan orang Manado.
Brigjen Jeanne Mandagi merupakan keturunan asli Minahasa, lahir pada tanggal 2 April 1937 di Manado, Sulawesi Utara.
Pendidikan sekolah dasar hingga menengah pertamanya ditempuh di sebuah yayasan pendidikan milik biarawati katolik Manado.
Kemudian Jeanne Mandagi melanjutkan pendidikan menengah atasnya di SMA Santa Ursula, Jakarta dan meraih gelar sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1963.
Semasa perkuliahannya ia tergabung dalam keanggotaan aktif Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).
Momen Naik Pangkat Jadi Brigjen
Jeanne merupakan Polwan pertama menyandang pangkat brigadir jenderal atau Jenderal Bintang 1.
"Saya bahagia hari ini," kata Jeanne saat menerima ucapan selamat dari para koleganya usai upacara serah terima jabatan, di Mabes Polri, Jakarta, seperti dikutip dari surat kabar Kompas, 5 Oktober 1990, dilansir dari Kompas.com.
Usai menyandang status perwira tinggi, Jeanne tak henti-henti menerima ucapa selamat dari para kolega.
Begitupun telepon di kantornya yang terus-terusan berdering karena orang-orang juga memberinya selamat atas prestasinya itu. Kiriman rangkaian bunga juga terus mengalir untuk Jeanne.
Ketika itu Polri masih menjadi bagian dari TNI.
Dalam sambutannya, Panglima TNI Jenderal Try Sutrisno menyampaikan, keterlibatan perempuan dalam TNI dan Polri memperlihatkan tidak terdapat perbedaan hak dan kewajiban di antara opsir pria dan wanita dalam melaksanakan tugas pokoknya.
Karier di Kepolisian
Brigjen Jeanne Mandagi dikenal sebagai tokoh peduli perempuan dan jenderal wanita pertama dalam jajaran Polri.
Setelah lulus dari perkuliahan ia mulai meniti karier kepolisiannya di akademi polisi dan diangkat menjadi anggota polisi wanita pada tanggal 1 December 1965.
Kemudian pada tahun 1966, Mandagi mengikuti Kursus Peradilan Militer hingga ia diangkat menjadi Kepala Seksi Hukum Kepolisian Daerah Maluku (Kasi Hukum Polda Maluku) setelah lulus dari sana.
Pada tahun 1970, Mandagi diberi amanah sebagai Kepala Seksi Pembinaan Anak-anak, Pemuda, dan Wanita (Kasi Binapta) Polda Metro Jaya sekaligus menjabat sebagai Hakim Mahkamah Militer untuk wilayah Jakarta-Banten. Ketertarikan Mandagi pada pencegahan penyalahgunaan obat terlarang mulai ditekuninya dengan mengambil kursus United Nations Regional Course on the Control of Narcotics pada tahun 1974.
Selang satu tahun kemudian ia lanjutkan dengan mengikuti kursus drug law enforcement di Washington, Amerika Serikat.
Sertifikasi dari beberapa kursus yang telah ia jalani mengantarkannya untuk bertugas di Markas Besar Polri di bidang reserse narkotika pada tahun 1976.
Pada tahun 1980, ia diangkat sebagai kolonel setelah lulus dari masa pendidikan kepolisiannya di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Sesko ABRI).
Pada tahun 1985, Mandagi menjabat sebagai Narcotics Desk Officer dalam organisasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara atau ASEAN) dan pada tahun 1989 selama tujuh bulan, ia menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Bimbingan Masyarakat (Sesdit Bimmas) Polri.
Kemudian pada tahun 1989 hingga 1992, Mandagi diberi kepercayaan untuk mengemban amanah sebagai Kepala Divisi Penerangan (sekarang Divisi Humas) Polri.
Jeanne Mandagi diangkat menjadi Brigjen pada tanggal 1991 dan merupakan wanita pertama di Indonesia yang menyandang pangkat jenderal kepolisian.
Jeanne Mandagi juga pernah menjabat sebagai Konsultan Ahli di Badan Narkotika National (BNN) dan aktif dalam penanganan pemberantasan narkoba di Indonesia
Berkat sifatnya yang feminin, keibuan, sederhana, berani, dan peduli terhadap generasi muda, Mandagi dianggap sebagai inspirator tokoh wanita. Indonesia.
Bahkan di masa usia purnanya, ia masih dipercayakan menjabat sebagai penasihat ahli Jenderal Polisi Tirto Karnavian dan Ketua Asosiasi Purnawiran Penegak Hukum Anti Narkotika Indonesia (AP2ANI).
Brigjen Jeanne Mandagi juga ikut andil dalam mendirikan Yayasan Permadi Siwi sebagai pusat rehabilitasi pecandu narkotika.
Jeanne Mandagi wafat di usianya yang ke 80 tahun pada 7 April 2017 dan dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Jagakarsa, Jakarta Selatan.
TENTANG KORPS POLWAN
Polisi wanita (disingkat Polwan) adalah satuan polisi khusus yang berjenis kelamin wanita.
Monumen Polisi Wanita Indonesia dibangun di Bukittinggi, tempat pertama kali terbentuknya polwan Indonesia pada 1948.
Polwan di Indonesia lahir pada 1 September 1948, berawal dari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, tatkala Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II, di saat terjadinya pengungsian besar-besaran meliputi pria, wanita, dan anak-anak meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan.
Untuk mencegah terjadinya penyusupan, para pengungsi harus diperiksa oleh polisi, namun para pengungsi wanita tidak mau diperiksa apalagi digeledah secara fisik oleh polisi pria.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Indonesia menunjuk SPN (Sekolah Polisi Negara) Bukittinggi untuk membuka "Pendidikan Inspektur Polisi" bagi kaum wanita. Setelah melalui seleksi terpilihlah 6 (enam) orang gadis remaja yang kesemuanya berdarah Minangkabau dan juga berasal dari Ranah Minang, yaitu:
1. Mariana Saanin Mufti
2. Nelly Pauna Situmorang
3. Rosmalina Pramono
4. Dahniar Sukotjo
5. Djasmainar Husein
6. Rosnalia Taher
Keenam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948 mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi. Sejak saat itu dinyatakan lahirlah Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan.
Keenam Polwan angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di tanah air yang kini kesemuanya sudah pensiun dengan rata-rata berpangkat Kolonel Polisi (Kombes).
Tugas Polwan di Indonesia terus berkembang tidak hanya menyangkut masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, narkotika dan masalah administrasi bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas polisi prianya.
Bahkan di penghujung tahun 1998, sudah lima orang Polwan dipromosikan menduduki jabatan komando (sebagai Kapolsek). Hingga tahun 1998 sudah 4 orang Polwan dinaikkan pangkatnya menjadi Perwira Tinggi berbintang satu.
Kenakalan anak-anak dan remaja, kasus perkelahian antar pelajar yang terus meningkat dan kasus kejahatan wanita yang memprihatinkan dewasa ini adalah tantangan amat serius Korps Polisi Wanita untuk lebih berperan dan membuktikan eksistensinya di tubuh Polri.
Hingga saat ini juga sudah ada Polwan yang memegang jabatan sebagai Kapolres dan Kapolda. (Tribun-Timur.com) (Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com
Baca Berita Lainnya di: Google News
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya
| Aiptu Junaidy Bakary Dampingi Petani LPTI Talawaan Bantik Lakukan Pemupukan Jagung |
|
|---|
| Sosok Komjen Verdianto Iskandar, Eks Asisten Operasi Kapolri yang Pecah Bintang 3 |
|
|---|
| Sosok Komjen Putu Jayan Eks Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara yang Punya Harta Rp 8.7 M |
|
|---|
| Sosok Brigjen Pol Muhammad Taslim Chairuddin Wagub Akpol Pecat Taruna yang Melawan Pengasuhnya |
|
|---|
| Sosok Althafandika Yaqzhan.Anak Krishna Murti yang Jadi Taruna Akpol, Raih Penghargaan International |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/Brigadir-Jenderal-Polisi-purn-Jeanne-Mandagi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.